SEMARANG (SUARABARU.ID) Penanganan stunting anak di wilayah Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang ditargetkan selama 3 bulan akan lulus atau nihil, tanpa adanya anak Baduta (Bawah Dua Tahun) yang mengalami stunting dan semua anak dapat tercukupi gizinya.
Target itu disampaikan oleh Dicky Hutapea, Ketua Sibening Selalu (Semua Ikut Bergerak Bersama Menangani Stunting Semarang Selatan Unggul) saat menerima kunjungan kerja dan studi banding dari Kelurahan Kecomberan, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon tentang penanganan stunting di Kecamatan Semarang Selatan, di Balai Kelurahan Wonodri, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang, Minggu (25/9/2022).
“Kami targetkan 3 bulan ke depan, penanganan stunting di Semarang Selatan akan lulus. Artinya ada progres yang signifikan untuk penanganan stunting anak dan diharapkan bisa nihil,” jelasnya.
Dalam penanganan stunting anak, lanjutnya, sesuai dengan Sibening untuk bergerak bersama, telah menggandeng 16 orang tua asuh untuk menjadi donatur setiap bulannya untuk masing-masing penderita stunting anak di Kecamatan Semarang Selatan.
“Ke 16 donatur ini, mengalokasikan dananya Rp 900 ribu tiap bulannya untuk masing-masing penderita stunting anak. Oleh sebab itu, kita targetkan 3 bulan ke depan, 22 penderita stunting anak kita upayakan bisa lulus semua atau nihil,” ujar salah satu pengurus KONI Kota Semarang ini.
Camat Semarang Selatan Ronny Cahyo Nugroho menyampaikan, dengan kunjungan kerja dari Kelurahan Kecomberan itu merupakan langkah strategis bagi pengembangan kegiatan penanganan stunting oleh Sibening Selalu ini mendapat apresiasi Dinas Kesehatan, dengan merekomendasikan sebagai tempat kunjungan studi banding dalam penanganan stunting dari Kabupaten Cirebon
“Dan di tempat kita ini, menjadi tempat untuk saling berbagi tentang pengetahuan dan pengalaman dalam penanganan stunting, yang nantinya dapat diterapkan di masing-masing wilayah,” ujarnya.
Dengan jumlah Baduta sebanyak 108 anak, lanjutnya, konsep dalam penanganan stunting di Kecamatan Semarang Selatan melalui pemberdayaan dan melibatkan 4 P, yaitu Pemerintah, Publik atau peran partisipasi masyarakat, Pengusaha dan Pewarta yang selalu memberikan informasi kegiatan penanganan stunting, yang memiliki peran masing-masing. Sehingga diharapkan target 3 bulan agar bisa lulus dari stunting.
“Walaupun masing-masing mempunyai peran, tapi tetap disengkuyung bareng dalam menangani stunting dengan membentuk Sibening. Kami dari pemerintah kecamatan menggandeng unsur masyarakat untuk duduk di kepengurusan, jadi saat nantinya menerima bantuan yang menerima Sibening. Dari pengusaha jelas, diminta untuk menyalurkan CSR nya (Corporate Social Responsibilty) dalam menghidupkan dan memberikan asupan gizi yang bagus kepada anak-anak,” ungkap Camat Rony.
Kekompakan dan Kebersamaan
Kekompakan dan kebersamaan warga yang peduli di lingkungan, menjadi kunci sukses penanganan stunting di Kelurahan Wonodri Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang, sehingga dapat menurunkan angka stunting, yang sebelumnya mencapai angka 22 anak sekarang menurun menjadi hanya 11 anak.
“Kuncinya kebersamaan dan kekompakan dibuktikan dengan swadaya masyarakat dalam menangani stunting, sehingga angka stunting bisa turun, dari 22 anak menjadi 11 anak. Harapannya, In Syaa Allah 3 bulan ke depan bisa berkurang, bahkan zero,” harap Agus Santosa Lurah Wonodri usai menerima kunjungan kerja dan studi banding dari Cirebon.
Dan hal itu, lanjutnya, mendapatkan apresiasi dari Dinas Kesehatan Kota Semarang, untuk merekomendasikan Kelurahan Wonodri menerima kunjungan kerja dan studi banding dari Kelurahan Kecomberan, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon hari ini.
Absa