blank
Nanda Cahyadi Pribadi tampil di rakor, hari ini. Foto: eko

KOTA MUNGKID(SUARABARU.ID) – Tenaga kesehatan menjadi ujung tombak dalam menghadapi situasi pandemi Covid-19 selama kurun waktu tiga tahun terakhir. Meski pandemi sudah banyak mengalami penurunan, pembangunan kesehatan yang berkelanjutan tetap menjadi komponen penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, salah satunya melalui pembangunan kesehatan lingkungan.

Asisten Pemerintahan dan Kesra, Nanda Cahyadi Pribadi, mengatakan hal itu saat rakor implementasi peningkatan profesionalitas anggota di Bapelkes Salaman, Sabtu (24/9/2022).

Lebih lanjut, Nanda menjelaskan, sebagaimana diketahui keberhasilan pembangunan kesehatan di bidang lingkungan, tidak hanya menjadi tugas pemerintah saja, tetapi juga menjadi tanggungjawab bersama, seluruh stakeholder dan warga masyarakat.

Menurutnya, sejalan dengan dinamika yang berkembang tersebut, himpunan ahli kesehatan lingkungan Indonesia (HAKLI) sebagai organisasi yang menghimpun para ahli kesehatan lingkungan, yang berorientasi pada kesehatan masyarakat dan juga berbagai konsep di luar kesehatan masyarakat. Seperti pelestarian alam, sistem lingkungan, dan bidang lainnya mempunyai peran strategis dalam upaya tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat, aman, nyaman dan bersih.

Dia menyambut baik sekaligus mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada HAKLI. Teriring harapan, semoga dengan kegiatan rapat koordinasi itu, yang mengangkat tema sinergitas lintas program dan lintas sektoral dalam implementasi pengendalian penyakit berbasis lingkungan penyebab stunting, DBD, TBC dengan media pengelolaan sampah akan menjadi solusi. Sekaligus menjawab berbagai isu yang berkembang saat ini. “Terutama terkait dengan sanitasi lingkungan dan program penurunan angka stunting di Kabupaten Magelang,” kata Nanda.

Dengan begitu, HAKLI yang memiliki peran penting sebagai mitra pemerintah dapat menjadi penguat dalam menjaga konsistensi pengawasan kualitas air minum dan sanitasi aman pada masyarakat melalui pembangunan berkelanjutan.

Sementara terkait dengan stunting, di Kabupaten Magelang berdasarkan data riset kesehatan dasar, capaian angka stunting selama lima tahun terakhir mengalami penurunan yang cukup signifikan. Berada pada angka 37,58 persen pada tahun 2017, dan pada tahun 2021 berdasarkan data aplikasi elektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (e-PPGBM) angka stunting turun menjadi 14,76 persen.

Kemudian capaian penurunan yang cukup signifikan tersebut tentunya tidak lepas dari kontribusi dan dukungan dari semua pihak, termasuk stakeholder di luar Pemerintah Kabupaten Magelang seperti perguruan tinggi, organisasi masyarakat/sosial, lembaga swadaya masyarakat, dunia usaha dan unsur masyarakat lainnya yang telah melakukan komitmen dan aksi nyata dalam penurunan stunting terintegrasi di Kabupaten Magelang.

“Saya juga berharap, hasil kegiatan rapat koordinasi menuju kabupaten sehat ini menjadi dasar gerakan penurunan angka penyakit berbasis lingkungan yang dapat menyebabkan stunting, DBD, dan TBC yang pada ujungnya derajat kesehatan masyarakat akan meningkat,” harapnya.

Ketua Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI) Kabupaten Magelang, Darkam, menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Kabupaten yang selama ini telah mendukung dan telah menyuport kegiatan HAKLI.

“Tentu harapan kami ke depan HAKLI bisa lebih memberikan kontribusi kepada masyarakat dalam hal pembangunan kesehatan di bidang lingkungan,” ungkapnya.

Sementara Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang, Sunaryo menambahkan bahwa belum lama ini Pemerintah Kabupaten Magelang baru saja menerima penghargaan sebagai peringkat pertama aksi percepatan penurunan stunting di Jawa Tengah.

“Inilah salah satu bukti kerja keras dan peran serta pemerintah serta stakeholder terkait dalam melakukan percepatan penurunan stunting di Kabupaten Magelang. Kami berharap hal ini bisa terus ditingkatkan kembali termasuk dalam penanganan DBD dan TBC,” ujar Sunaryo.

Eko Priyono