blank
Pembacaan deklarasi tolak tiga dosa besar pendidikan di SMPN 1 Sapuran Wonosobo. Foto : SB/Muharno Zarka

WONOSOBO(SUARABARU.ID)-SMP Negeri 1 Sapuran Wonosobo, Sabtu (3/8/2022), menggelar deklarasi menolak dan mencegah tiga dosa besar pendidikan dirangkai dengan acara upacara bendera di sekolah setempat.

Upacara dipimpin Iwan Adi Prasetyo (guru Mapel PAI dan Budi Pekerti) dengan pembina upacara Truko Tiyanto (pengawas bidang Pendidikan SMP). Hadir pula Sudiyono (Ketua Komite SMPN 1 Sapuran) dan Sajiyanto (perwakilan orang tua siswa).

Upacara bendera juga diikuti Kepala SMPN 1 Sapuran Ellna Amperawati, semua warga sekolah, yang terdiri dari guru, tenaga kependidikan dan seluruh peserta didik dari Kel VII, VIII dan Kelas IX.

Truko Tiyanto mengatakan bahwa sekolah harus bebas dari tiga dosa besar pendidikan, yaitu intoleransi, perundungan, dan kekerasan seksual.

“Intoleransi yakni upaya pemaksaan agama lain untuk beribadah sesuai agama tertentu. Sedang perundungan yaitu perilaku yang membuat siswa merasa terancam, tidak nyaman dan terganggu, baik secara fisik maupun secara verbal di lingkungan sekolah,” tegasnya.

Adapun kekerasan seksual, lanjut dia, dikandung maksud perbuatan yang mengarah pada ajakan seksual. Tidak mesti ada sentuhan, namun dari pandangan mata, ataupun kata-kata yang dikirim melalui media sosial. Tiga dosa besar pendidikan tersebut harus dihindari dan jangan sampai terjadi di sekolah ini.

Aman dan Nyaman

“Semisal pernah terjadi, anggap saja itu sejarah yang tidak boleh terulang kembali. Mulai detik ini, mari semua berusaha agar tiga dosa besar pendidikan tidak terjadi lagi. Lingkungan sekolah harus aman dan nyaman untuk kegiatan belajar mengajar,” tegasnya.

Ketua Tim Pencegahan Tiga Dosa Besar Pendidikan SMPN 1 Sapuran Sugiyanto memimpin pengucapan deklarasi pencegahan tiga dosa besar pendidikan yang ditirukan oleh seluruh peserta upacara. Baik murid, guru maupun tenaga pendidikan.

“Kami seluruh warga SMPN 1 Sapuran siap mencegah dan menolak terjadinya intoleransi, perundungan dan kekerasan seksual di lingkungan sekolah. Semua warga sekolah harus merasa aman dan nyaman ketika berada di sekolah,” tegasnya.

Sementara itu, Kepala SMPN 1 Sapuran Ellna Amperawati menyatakan selama hampir satu tahun melaksanakan tugas, belum pernah mendengar laporan terjadinya tindakan intoleransi, perundungan maupun kekerasan seksual.

“Hal itu dibuktikan langsung dengan tanya jawab pada peserta didik non muslim, bahwa teman-temannya tidak ada yang memaksakan dirinya untuk mengikuti peribadatan agama lain. Siswa juga merasa aman dan nyaman berada di lingkungan sekolah,” tuturnya.

Pihaknya berharap tiga dosa besar pendidikan tersebut di atas benar- benar tidak terjadi dan tidak akan pernah ada di SMPN 1 Sapuran Wonosobo. Acara dipungkasi dengan penandatanganan naskah deklarasi oleh seluruh warga sekolah.

Muharno Zarka