blank
Sejumlah tokoh pelestari seni ukir Jepara, akademisi dan budayawan Minggu (14/8-2022) bertemu di SMPN 6 Jepara (Foto: Brodin)

JEPARA (SUARABARU.ID) –  Sejumlah tokoh pelestari seni ukir Jepara, akademisi dan budayawan  Minggu (14/8-2022) bertemu di SMPN 6 Jepara yang dulu dikenal sebagai Openbare Ambachsshool atau sekolah teknik pertukangan jurusan seni ukir.

Mereka sepakat akan terus mengawal deklarasi hari ukir Nasional agar tidak berhenti sebatas acara serimonial. Juga berharap agar Museum Ukir Sasana Adhi Praceko yang ada di SMPN 6 Jepara dilestarikan dan dikembangkan sebab tahun 2014  renovasinya telah diresmikan oleh Gubernur Jateng Ganjar Pranowo. Di musium ini tersimpan karya ukir tahun 1930 an hingga 70-an.

Mereka yang hadir adalah  Dr Muh Fakhrihun  Na’am M.Sn (Unnes), Drs Sutarya MM (Unisnu), Akhmad Zainudin S.Dp, M.Sn (Unisnu), Suhali M.Pd, Sutrisno, S.Pd, Ali Afandi S.Sn, Dwi Agus M.Sn (Unisnu)   Margono, Sutahar S.Sn,  Fakhrudin, Drs Suyoto, Subagya, S.Pd, Drs Iskak Wijaya, Sutrisno S.Sn  dan empu seni ukir Jepara Sukarno yang hadir melalui sambungan telepon.

blank
Suhali M.Pd, menunjukkan karya ukir tahun 1933 yang tersimpan di museum Sasana Adhi Praceko SMPN 6 Jepara (Foto: Brodin)

Pertemuan yang diinisiasi oleh Koordinator Festival Kemerdekaan Jepara Bangkit Hadi Priyanto ini untuk mempersiapkan Deklarasi Hari Ukir Nasional yang akan dilakukan di alun-alun Jepara Sabtu (20/8-2022).

”Deklarasi Hari Ukir Nasional ini adalah penciptaan momentum untuk bersama-sama melestarikan seni ukir Jepara yang mulai ditinggalkan pewarisnya. Juga untuk mendorong para pemangku kepentingan untuk lebih sungguh sungguh memperhatikan kelestarian seni ukir,” ujar Hadi Priyanto. Harus disiapkan argumentasi mengapa deklarasi itu dilaakaukan di Jepara, tambah Hadi yang juaga penulis buku Mozaik Seni UkirJepara

“Karena itu harus dikawal agar tidak sebatas kegiatan serimonial. Peta jalan pelestarian seni ukir yang digagas ioleh Pj Bupati saat diskusi pelestarian seni ukir di Desa Tahunan harus benar-benar dihadirkan dengan langkah-langkah yang jelas dan terukur,” ujar budayawan Iskak Wijaya.

Sementara Sutrisno S.Sn dari sentra relief Senenan mencatat sejumlah regulasi yang tidak terimplementasi dengan sungguh-sungguh karena tidak ditindaklanjuti oleh para pemangku kepentingan.

Deklarasi Hari Ukir Nasional ini direncanakan diikuti unsur Forkompimda, pengurus asosiasi, pengurus entra-sentra ukir, para pelestari ukir, pengrajin, pengusaha, mahasiswa, pelajar, kepala OPD terkait, seniman, budayawan, dan anggota DPRD.

Disamping itu  bersamaan dengan Deklarasi Hari Ukir Nasional tersebut akan diselenggarakan lomba ukir tingkat kabupaten Jepara untuk  kategori pelajar, perempuan dan laki-laki. Lomba ini memperebutkan tropy Pj Bupati Jepara dan Ketua Dewan Pengurus KORPRI Kabupaten Jepara serta uang pembinaan jutaan rupiah.

Hadepe