blank
Husni Mubarok, S.Pd.I., M.Pd. (Foto: Teguh)

JEPARA (SUARABARU.ID) –Dalam rangka mewujudkan ilmu pengetahuan, prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Unisnu Jepara mengajak para Civitas Akademika melalui seminar Nasional dan Call for Papers 4th Teaching and Education Conference (TEC) 2022 bertajuk Inovasi Pendidikan Islam berbasis Merdeka Belajar dalam Menghadapi Era Society 5.0. Acara ini berlangsung secara Hybrid di Ruang Seminar lt. 3 FTIK Unisnu Jepara belum lama ini.

blank
Dr. Nurul Azizah, M.Pd. (Foto: Teguh)

Saat ini pendidikan telah berada di era Society 5.0. Sistem Kampus Merdeka yang diusung oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nadiem Makarim memberikan hak belajar mahasiswa selama tiga semester di luar Program Studinya sebagaimana yang diatur dalam Permendikbud No.3 tahun 2020 telah terlaksana di Unisnu Jepara.

Hal ini disampaikan oleh Wakil Dekan 1 FTIK Unisnu Husni Mubarok, S, Pd.I. M.Pd. mewakili Dekan FTIK Unisnu. “Kurikulum Merdeka Belajar dilaksanakan serentak di seluruh jenjang pendidikan. Dengan adanya kurikulum ini tidak ada lagi kompetensi pembelajaran melainkan diganti dengan capaian pembelajaran,” ujarnya saat membuka acara.

Dosen PAI FAI Unwahas Semarang Dr. Nurul Azizah, M.Pd. sebagai narasumber menyampaikan bahwa implementasi merdeka belajar ini memberikan kesempatan peserta didik untuk mengembangkan softskill di luar kelas. “Ada tiga inovasi pendidikan bagi para pembelajar yakni pengembangan literasi dasar, pengembangan kompetensi, dan pengembangan karakter,” ujarnya.

blank
Yusron Al Mufti, S.Ag., M.S.I. (Foto: Teguh)

Sejalan dengan Nurul Azizah, Kaprodi PAI FTIK Unisnu Jepara Alex Yusron Aal Mufti, S.Ag., M.S.I. sebagai narasumber kedua menyampaikan inovasi pendidikan memasuki era society 5.0 menghasilkan pendidikan yang berkualitas. “Para pembelajar memperoleh pengalaman yang menyenangkan, guru menjadi inspirator bagi pembelajar, pendekatan berpusat pada pembelajar, pembelajaran menggunakan teknologi, ada kerjasama antar pemangku kepentingan, dan pemangku kepentingan sebagai agen perubahan,” terangnya.

Maka dari itu, kata Alex Yusron Al Mufti, mahasiswa sebagai pembelajar harus menyadari bahwa networking (jejaring) merupakan hal penting. “Pembelajaran dengan bentuk Web Enhance Course (WEC) memberikan perubahan bagi pembelajar sebagai alternatif pengganti pembelajaran secara tatap muka di kelas (technology for doing), sebagai lingkungan belajar untuk mengasah keterampilan pendidikan Islam (technology for practicing skills), dan mengembangkan pemahaman konseptual (technology for developing conceptual understanding),” paparnya.

Cepatnya teknologi membawa perubahan termasuk dalam dunia pendidikan. “Jika kita membuka diri dan mau menerima era disrupsi dengan segala konsekuensinya, maka kita akan mampu bersaing,” imbuhnya.

Kegiatan ini juga diwarnai dengan diskusi tanya jawab yang dipandu oleh moderator Eka Setia Budi, M.Pd. Dosen Bahasa Indonesia FTIK Unisnu.

ua