blank
Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan ketika membuka bimtek sektor pertanian. Foto : SB/Muharno Zarka

WONOSOBO(SUARABARU.ID)-Anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan Vita Ervina meminta para petani lebih banyak menggunakan pupuk organik daripada pupuk kimia dalam membudidayakan tanaman pertanian.

“Sebab pupuk organik lebih aman dan ramah lingkungan. Selain itu, pupuk alami juga mudah didapat karena semua petani bisa membuat pupuk organik sendiri. Pupuk organik dijamin sangat baik untuk menyuburkan tanaman,” katanya.

Wakil rakyat dari Dapil VI (Wonosobo, Temanggung, Magelang, Purworejo) itu, mengatakan hal tersebut usai membuka Bimbingan Teknis “Peningkatan Produktivitas Tanaman Pangan melalui Penggunaan Benih Bermutu dan Bersertifikat” di Hotel Surya Asia, Jumat (22/7/ 2022).

Kegiatan tersebut dihadiri Kepala Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Kementan, Warjito, Bupati Wonosobo Afif Nurhidayat dan Kepala Dispaperkan Dwiyama Satyani Budyayu.

Adapun bertindak sebagai narasumber bimtek yakni Prof Totok Agung Dwi Haryanto, Ph D (Guru Besar Fakultas Pertanian Unsoed Purwokerto) dan Ibu G Anggia Hanurita (Ketua Koperasi Pemasaran Karya.

Bupati Wonosobo Afif Nurhidayat sangat mendukung gerakan di kalangan ini untuk menggunakan pupuk organik. Apalagi tidak semua petani dan jenis tanaman bisa mendapat bantuan pupuk bersubsidi, yang kadang ketersediaannya sangat terbatas.

Menurut Vita, saat ini belum semua petani mendapat akses pupuk bersubsidi dari pemerintah. Sebab, pupuk bersubsidi jumlahnya terbatas sementara banyak petani yang membutuhkan pupuk bersubsidi.

Tanaman Pangan

blank
Para petani ketika memgikuti bimtek di bidang pertanian di Hotel Surya Asia Wonosobo. Foto : SB/Muharno Zarka

Berbicara tanaman pangan, ucapnya, tentu ini menyangkut hajat hidup seluruh masyarakat. Makanan pokok masyarakat Indonesia yaitu padi, jagung dan sagu, merupakan jenis komoditas yang tidak bisa dilepaskan dalam kehidupan sehari-hari.

“Komoditas pangan merupakan komoditas strategis. Di mana pemenuhannya harus senantiasa tersedia bagi masyarakat, terutama padi. Karena tingkat kebutuhan konsumsi nasi (beras) bagi masyarakat Indonesia masih sangat tinggi,” ujarnya.

Namun, lanjut Vita, isu-isu akan ketersediaan pangan, seperti perubahan iklim dan laju deforestasi lahan harus segera mendapat langkah-langkah solutif. Hal itu agar problem yang di hadapi petani di lapangan segera bisa diselesaikan.

“Penggunaan benih-benih tanaman pangan yang unggul dan bermutu menjadi salah satu faktor kunci yang menentukan keberhasilan budidaya tanaman dan perannya tidak dapat digantikan oleh faktor lain,” papar Vita.

Karena, sebut dia benih sebagai bahan tanaman dan pembawa potensi genetik terutama untuk varietas-varietas unggul. Peran strategis benih tidak hanya mempengaruhi produktivitas. Namun juga bermuara akan ketahanan pangan.

Adapun persyaratan varietas juga harus sesuai dengan kontur daerah setempat, terjamin mutunya, tepat waktu tanam dan lokasi, tersedia, mudah diperoleh dan harga yang terjangkau.

“Jenis benih unggul dan bermutu juga harus dijamin secara genetis, fisiologis dan fisik melalui sertifikasi. Maka menjadi suatu kewajiban benih di Indonesia harus bermutu dan bersertifikat,” pungkasnya.

Muharno Zarka