hewan kurban
Sejumlah pedagang hewan kurban di Magelang memilih enggan berjualan hewan kambing atau domba daripada sapi jelang Idul Adha. Mereka takut merugi, karena saat ini penyakit mulut dan kuku masih menyerang hewan sapi. Foto: W.Cahyono

KOTA MUNGKID (SUARABARU.ID). Menjelang Idul Adha 1443 Hijriah, sejumlah pedagang hewan kurban di wilayah Magelang enggan menjual hewan sapi. Karena, takut merugi dampak penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak sapi.

“Meskipun banyak calon pembeli yang menanyakan hewan kurban sapi, saya tidak berani kulakan hewan sapi, karena ada penyakit PMK.  Nanti, kalau ada sapi yang terkena PMK dan mati, saya bisa merugi,”kata Muh Tarom, salah satu penjual hewan kurban di Jalan Mayor Humam, Desa Banjarnegoro, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Senin ( 20/6/2022).

Taro mengatakan, menjelang Idul Adha tahun  lalu ,  dirinya bisa menjual hewan sapi sebanyak 20 ekor.  Sedangkan  menjelang Idul Adha tahun ini dirinya fokus berjualan hewan kurban domba jenis gembel  untuk dijual kepada calon pembelinya.

Menurutnya, risiko penularan PMK pada hewan domba/kambing lebih ringan daripada hewan sapi. Sehingga dirinya hanya berjualan hewan domba.

Ia menambahkan,  hingga saat ini ia memiliki persediaan domba yang akan dijadikan hewan kurban sebanyak 70 ekor. Biasanya, para calon pembeli hewan kurban akan membeli kambing  atau domba untuk dijadikan kurban hingga 10 hari sebelum Idul Adha.

Tarom menjelaskan,  untuk harga domba gembel  yang dijual tersebut sangat bervariatif, yakni berkisar antara Rp 2,5 juta hingga Rp 4 juta per ekornya.

‘’ Hewan kurban yang sudah dipesan, biasanya diantar ke pembeli pada H-1 atau pada hari H,” katanya.

Sementara itu, Zaenal Arifin  salah satu peternak sapi  asa Desa Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, hingga satu bulan menjelang Idul Adhga, dirinya sudah  menjual sebanyak 10 ekor sapi. Sementara pada Idul Adha tahun lalu, ia bisa menjual sebanyak 12 ekor.

“ Sudah ada 10 ekor yang terjual. Yakni, enam ekor dibeli pembeli asal Wonosobo, dan sisanya dari daerah sekitar Magelang,” ujarnya.

Zaenal menegaskan, dirinya berani menjual sapi untuk kurban karena dirinya menerapkan standar operasional prosedur di kandang ternaknya. Yakni, seluruh tamu yang mau berkunjung ke kandang disemprot dengan cairan disinfektan.Bahkan, mobil pengangkut ternak yang  menuju ke kandang ternaknya juga disterilkan terlebih dahulu.

“Langkah tersebut saya lakukan, untuk mencegah penularan virus PMK dari luar terhadap sapi-sapi di kandang saya. Selain itu, setiap orang yang mau masuk ke kandang terlebih dulu saya tanya asalnya dan disemprot disinfektan,” tandasnya.

Ia menambahkan, harga satu ekor sapi tersebut dijual dengan harga berkisar  Rp 23 juta hingga Rp 32 juta per ekornya. W. Cahyono.