PACITAN (SUARABARU.ID) – Pemilik bersama kru Arka Kinari, Jumat malam (17/6), mengelar konser musik spektakuler di atas kapal. Lokasinya di Pelabuhan Tamperan, Pacitan, Jatim.
Dalam konsernya, Arka Kinari tampil beda dari lazimnya sajian musik panggung. Pertunjukan musiknya yang spektakuer, ikut menyelipkan kampanye krisis lingkungan. Yakni tentang dampak kerusakan alam dan dampak perubahan iklim.
Sebagaimana pernah diberitakan (16/6), kapal lintas benua Arka Kinari singgah ke Teluk Pacitan, Jatim. Pemilik dan kru kapal diundang menjadi tamu Bupati Pracitan Indrata Nur Bayu Aji. Mereka disuguhi kesenian tradisional Kebo Lorodan dan diajak dialog bersama berbagai komunitas masyarakat, termasuk para seniman Pacitan.
Prokopim Pekab Pacitan, mengabarkan, semalam, ganti Arka Kinari menyajikan konser yang digelar langsung di atas kapal. Ikut hadir menyaksikan, Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji dan isteri, beserta jajaran Forkopimda dan warga masyarakat.
Di dek kapal layar dua tiang panjang 18 meter tersebut, disulap menjadi panggung pertunjukan spesifik yang khas dan menarik. Dilengkapi tata lampu indah menampilkan aneka sorot warna, didukung perangkat sound system yang memadai.
Seluruh bagian kapal beserta kru-nya, menjadi bagian langsung yang tak terpisahkan dalam konser musik oleh musisi lintas benua tersebut. Kolaborasi duet musisi tingkat dunia, Grey Filastine (Amerika Serikat-Spanyol) dan Nova Ruth (Indonesia), tampil memukau penonton.
Pesan Moral
Tayangan video bermuatan pesan moral tentang penitngnya menghindarkan kerusakan lingkungan dan dampak perubahan iklim, ikut ditampilkan dalam konser tersebut. Video itu, hasil dari rekaman rangkuman perjalanan Kapal Arka Kinari, saat mengarungi samudera dengan melanglang melintasi beberapa benua.
”Bagus, bagus, ini pertunjukan yang luar biasa,” puji Bupati Pacitan Indrata Nur Bayu Aji bernada kagum. Kesan yang sama juga dikemukakan oleh para penonton lainnya.
Sebagaimana yang diungkapkan Mukid misalnya. Wwarga asal Desa Bangunsari, Pacitan, ini menyatakan sangat terkesan dengan pesan moral yang disampaikan dalam kampanye lingkungan dari Arka Kinari tersebut.
Dengan menonton konser ini, tambah Mukid, kita jadi tahu bagaimana krisis iklim yang melanda dunia saat ini.
Arka Kinari adalah kapal klasik dengan dua tiang layar, dilengkapi dengan panel surya dan menjadi kapal ramah lingkungan, karena menggunakan tenaga angin dan bebas karbon.
Kapal tersebut milik dua musisi lintas benua, yakni Grey Filastine (Amerika Serikat-Spanyol) dan Nova Ruth (Indonesia).
Perang Dunia
Kapal ini pada mulanya adalah sebuah kapal bernama Neptune I, yang diluncurkan pada 1947 di Rostock, Jerman, dua tahun setelah perang dunia dua berakhir. Kapal ini, selanjutnya berganti nama menjadi Mariosa dan difungsikan sebagai penangkap ikan, di mana badan kapal ini didesain khusus untuk bisa mencapai kemiringan yang cukup untuk mengambil jaring ikan lebih mudah.
Di pelabuhan Rotterdam, salah satu pelabuhan terpenting di benua Eropa, Mariarosa kemudian berganti menjadi Arka Kinari. Nama ini, diambil dari dua bahasa, yaitu Arka (Latin) yang berarti menahan atau memertahankan, dan Kinari (Sansekerta) yang berarti musisi penjaga kehidupan.
Pelayaran kapal ini berkampanye krisis iklim dan kelestarian laut, juga sebagai projek transaksi lintas budaya, yang rutin melakukan pertunjukan seni berkolaborasi dengan penduduk sekitar tempat yang disinggahinya.
Perjalanan panjang dilakukan Arka Kinari dari Samudra Pasifik menuju Indonesia, untuk menyambangi beberapa titik jalur rempah Nusantara. Mulai dari Sorong, Banda Naira, Selayar, Makassar, Benoa-Bali, hingga Surabaya.
Menyambangi peninggalan-peninggalan masa jaya jalur rempah dari mulai cagar budaya, hingga menampilkan warisan budaya tak benda, berkolaborasi dalam sebuah pertunjukan hasil lintas budaya, serta melakukan edukasi ke generasi muda.
Pelayaran menuju kepulauan Jalur Rempah Nusantara, dimulai dari Tahun 2019. Arka Kinari berlayar dari Belanda, Portugal, Maroko, Pulau Canary, Tanjung Verde, Trinidad. Menyusuri laut Karibia di Venezuela, Laut Pasifik Amerika dan Meksiko, Hawai, hingga tiba di Indonesia pada September 2020.
Bambang Pur