blank
Penjelasan material dasar dalam pembuatan baterai udara oleh Tim PkM FT USM, Pada Senin (6/6), di SMKN 1 Cluwak Pati.

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) Fakultas Teknik Universitas Semarang (FT USM) Ery Sadewa ST MT, Satria Pinandita ST MEng, dan Yusuf Nurul Hilal ST MT memberikan sosialisasi dan pelatihan pembuatan baterai udara melalui pemanfaatan fly ash dan bottom ash (FABA), pada Senin (6/6) di SMK N 1 Cluwak Pati.

Tim terdiri atas Ery Sadewa ST MT, Satria Pinandita ST MEng, dan Yusuf Nurul Hilal ST MT. Kegiatan didanai oleh Universitas Semarang (USM).

Satria Pinandita mengatakan, pembuatan baterai udara melalui pemanfaatan FABA merupakan hasil Penelitian dari Dosen FT USM yang diketuai Ery Sadewa ST MT beranggotakan Satria Pinandita ST MEng, dan Yusuf Nurul Hilal ST MT.

”Pembuatan baterai udara dengan material FABA diolah dengan beberapa racikan menjadi katoda pada baterai udara, dan Anoda yang digunakan menggunakan logam yang mampu mereduksi katoda FABA dan mampu menghasilkan 1,8volt dengan kapasitas daya 0,603W setiap cell-nya. Lebih besar dibandingkan baterai konvensional dengan bahan baku karbon dan batang arang ini pastinya akan meningkatkan nilai jual jika FABA dimanfaatkan menjadi material baterai,” kata.

Dia mengatakan, baterai udara dari material faba dalam proses pengembangan menjadi produk unggulan Teknik elektro USM menjadi baterai magnesium.

”Apabila dibandingkan dengan sama-sama berat 2 kg hanya digunakan sebagai material beton bata ringan dengan nilai jual tidak lebih Rp.10.000 per pcs. Namun jika di dibuat menjadi baterai 1cell hanya membutuhkan 2 gram, jika berat 2 kg kurang lebih bisa untuk produksi 1000 cell setara listrik 603W. Baterai udara dari material faba dalam proses pengembangan menjadi produk unggulan Teknik elektro USM menjadi baterai magnesium,” jelas Satria.

Baterai magnesium ini, katanya, dikembangkan sebagai salah satu lilin yang ramah lingkungan untuk mengurangi terjadinya kecelakaan kebakaran saat terjadi listrik mati di malam hari sebagai pengganti lilin api konvensional. ”Baterai magnesium ini cukup diberi tetesan air untuk mengaktifkan cell elektroda untuk bereaksi secara spontan dengan reaksi cell galvani pada katoda FABA,” tambahnya.

Sementara itu, Ery Sadewa mengatakan, sistem kerja pada baterai udara dengan material FABA sangat mudah.

”Sistem kerja pada baterai udara dengan material FABA sangat mudah yaitu: pemisahan reaksi redoks menjadi 2 bagian, yaitu setengah reaksi  oksidasi di anoda dan setengah reaksi reduksi di katoda. Anoda dan katoda dicelupkan dalam elektrolit dan dihubungkan dengan jembatan garam dan sirkuit luar,” terang Ery.

Muhaimin