Oleh Dr KH Muchotob Hamzah, MM
Ketua Umum MUI Kabupaten Wonosobo
Sedikitnya ada tiga ranjau yang ditanam penjajah di dunia muslim dari Maroko sampai Meraoke. Sampai hari ini ranjau itu masih sering meledak di mana-mana.
Umat belum mampu untuk mengeliminasi efek dari ledakan-ledakan tersebut. Akibatnya mereka masih berkutat dalam persoalan ijtihadiyah internal yang menghabiskan lebih lima puluh persen dari energi mereka.
Perdebatan dan diskusi tentang aqidah, ibadah, bid’ah, dll. boleh saja, tetapi telah menghabiskan energi kita yang tinggal tersisa sedikit untuk sainstek.
Bahkan ada tulisan di Babe dari inisial M.A.K yang dengan bangga dan serius merasa sah untuk mengatakan:”Silakan orang lain pergi ke bulan, kita akan pergi ke sorga”.
Dia sangat yakin atas monopoli kapling sorga meskipun terhadap amalan ijtihadiyahnya. Dia tidak sadar bahwa konten kecamannya yang gencar pada golongan lainpun butuh produks sainstek minimal smart-phone.
Ledakan itu adalah fundamentalisme Wahabiyah (1703-1792) yang mengkafirkan kelompok lain yang berbeda tafsir; liberalisme Ahmadiyah (1835-1908) yang permisif.
Sehingga mengaku ada nabi setelah kenabian Muhammad saw. dan kolaborasi keberegamaan dengan non Muslim; dan sekularisme yang mengebiri Islam dalam hal politik dari Hurgronyiyah (1857-1874). Masing- masing diramaikan dengan berbagai firqahnya.
Dan biasa, mereka bangga dengan jamaahnya sendiri (QS. 30: 32). Inilah yang menjadi pe-er umat Islam yang nyaris menenggelamkan mereka dari kancah peradaban dunia.
Sesungguhnya sainstek adalah murni kontribusi langsung dari Islam dan kitab sucinya. Sebagai contoh: Ibadah salat menggunakan matahari sebagai standar waktu (QS.4: 103).
Sedangkan shiyam dan haji menggunakan standar bulan (QS.2: 189). Ini artinya bahwa umat harus memperhatikan peredaran matahari dan bulan secara simultan.
Tiga Aliran
Berbeda dengan agama lain yang standar siklus ritualnya bersifat tunggal baik matahari maupun bulan. Dunia Islam membuktikan bahwa pengamatan yang intensif terhadap kedua benda langit tersebut telah melahirkan berbagai sainstek.
Perintah zikir dan pikir (QS.3: 191-5), telah melahirkan berbagai riset yang masif baik kosmologi, eksakta, sosial, dll. Dari produks jam oleh Abu Yunus Al-Misri, kompas oleh Al-Idrisi, bahkan pesawat terbang oleh Abbas Bin Firnas Al-Andalusi dan lain-lain.
Dunia Islam waktu itu adalah guru sansteknya orang barat. Ini bukan alasan kosong. Ini pembuktian bahwa kitapun pernah “bisa” menguasai sainstek dengan tidak pernah melepaskan kitab-sucinya.
Dari ranjau yang ditanam oleh penjajah tersebut., semuanya menjadi ketersendatan sainstek di kalangan dunia Islam.
Persoalannya aliran-aliran tersebut selalu menyita sumber daya umat dalam perdebatan bahkan perang sesama umat yang mengklaim satu Tuhan, satu kiblat, satu Nabi dan satu kitab suci. Mereka itu adalah :
Pertama, Wahabiyah, sangat dimanjakan oleh Inggeris dan barat sampai hari ini minus arah politik AS. kemarin sore. Doktrin al–Wala’ wal Bara’ mereka terbukti menghalalkan darah dan harta muslim di luar kelompoknya.
Pengakuan dalam video Dr. Ali Musri dan enam kawannya blak-blakan bahwa mereka menjadi teroris karena membaca syarah kitabnya Syeikh M. Abdul Wahab, bukan kitabnya Abdul Wahab Bin Rustum Al-Wahbi (http://fb.watch/d1L829GcBO/).
Kedua, Ahmadiyah. Aliran ini sangat liberal sehingga bisa berkolaborasi dengan non Islam hatta soal keagamaan. Markas besarnya di London. Pendirinya mengaku sebagai nabi tanpa syariat baru.
Akan tetapi dalam “Tadzkirah” Mirza Ghulam Ahmad menganggap sesat golongan Islam lain. M. Abdullah Salam dapat hadiah Nobel fisika, tetapi tidak signifikans dari sisi rasio jumlah umat.
Ketiga, Sekularisme. Aliran ini masih seperti Islam lainnya. Bedanya, mereka meniru orang barat “Schieding van kerk en staat”. Yaitu memisahkan gereja dengan negara.
Maka muslim ini memisahkan masjid dengan politik.
Sebagian konsep agamanya mirip Wahabiyah yang memilah bid’ah diniyah yang haram dan bid’ah dunyawiyah yang halal.
Wallaahu A’lam bis-Shawaab!!!