Hadir juga Camat Semarang Utara Moch Imron, SH, MH dan Agus Riyanto SE, MM Lurah Bulu Lor. Kedatangan mereka disambut gembira yel-yel dipimpin Zainal Petir, “Janda tua tidak pernah merana, selalu bahagia, yeess.. Yesss.”

Sebelum pembagian bantuan, Zainal Petir mencairkan suasana, godain janda-janda tua. ” Piye rasane jejer karo Zainal Petir sing rada ganteng?

Spontan dijawab Mbah Sayumi, nenek berumur 80 tahun warga Pergiwati 1. ”Nggih seneng, adhem atine, apa meneh diparingi sembako tambah waras,” jawa Nenek Sayumi.

Janda lain ikut menimpali,” Rasane terayomi, segala masalah bisa diselesaikan lewat pak Zainal Petir,” kelakar mbah Mur (68) warga Jalan Sentiyaki Raya.

Hening dan Haru

Namun suasana tiba-tiba hening tatkala Zainal Petir memperkenalkan pasangan tunanetra Rosyid (49) dan isterinya April (39), serta Andhi Setiyono Ketua ITMI (Ikatan Tuna Netra Muslim Indonesia) Semarang.

Andhi mengalami buta sejak SMP akibat terjatuh, tulang belakang hingga syaraf tidak berfungsi normal akibat musibah itu. ”Awalnya saya stres tidak bisa melihat, tapi kenyataan ini harus diterima, alhamdullah saya bisa menyelesaikan kuliah di UIN Walisongo,” kata dia.

Lain halnya cerita pasangan Rosyid dan April yang dicerai setelah mengalami kebutaan. ”Saya dicerai suami setelah buta ketika melahirkan anak kedua. Suami saya dicerai istri habis kecelakaan kemudian buta. Sekarang kami buka jasa pijat untuk mempertahankan hidup dengan suami dan anak-anak,” tutur April.

Menurut April, untuk melihat orang dengan jarak kurang 1 meter hanya kelihatan bongkahan hitam tidak berbentuk. Semua pemandangan seperti kabut putih tebal, kalau ada bayangan hitam, berarti ada benda harus dihindar, biar tidak nabrak atau jatuh.

”Kita harus bersyukur, kekurangan harta masih bisa dicari. Mereka yang buta saja selalu senyum, padahal lebih susah dari kita. Itu sedikit gambaran dari ratusan teman-teman tunanetra yang ada di Semarang. Terima kasih RS Wongsonegoro atas kepeduliannya. Di balik RS Wongsonegoro ada doa dari janda-janda tua dan tunanetra,” kata Zainal Petir yang juga penasihat ITMI Semarang.

wied