blank
Harry Maguire (kanan). Foto: dok/manutd.com

blankOleh: Amir Machmud NS

// berikan kepadaku kepercayaan/ sepenuh hati/ : aku pimpin pasukan ini/ aku jaga benteng ini/ akulah kapten/ sebut namaku/ : Harry Maguire…//
(Sajak “Konfidensi Sang Kapten”, 2022)

BEGITULAH seharusnya Harry Maguire menyikapi keadaannya sekarang.

Bukankah dia kapten, sang pemimpin? Bukankah Manchester United memiliki kapten-kapten dengan reputasi hebat?

Simaklah kisah ini: datang, membintang, dan menjadi pemimpin hebat!

Kisah “kapten luar biasa” itu melekat dalam sejarah Eric Cantona bersama MU pada 1992-1997.

Ketika direkrut oleh Alex Ferguson dari Leeds United pada 1992, tak banyak yang mengira, ban kapten bakal dipercayakan kepada pemain yang punya reputasi sebagai l’enfant terrible itu.

Tentu mendatangkan tanda tanya: bagaimana bisa Sir Alex memercayai Cantona dengan segala kisah kenakalannya? Si bengal juga “sempat” menorehkan insiden “tendangan kungfu”, menyerang suporter Crystal Palace, Matthew Simon yang menyebabkannya mendapat hukuman dari FA.

Begitulah cara “si genius” itu “bicara”. Nyatanya, pemain asal Prancis yang disebut-sebut sebagai legenda terbesar MU bersama George Best dan Cristiano Ronaldo itu, mewujud sebagai sosok kapten nan karismatis.

Kepemimpinannya memberi kesan sekualitas kapten-kapten hebat MU. Dari Jack Powell, Bobby Charlton, Bryan “Kapten Marvel” Robson, Steve Bruce, Roy Keane, Gary Neville, hingga Wayne Rooney.

Hadirlah Maguire
Setelah era Michael Carrick (2017-2018), Antonio Valencia (2018-2019), dan Ashley Young (2019-2020), hadir kapten baru: Harry Maguire, bek tengah yang didatangkan pelatih Ole Gunnar Solskjaer dari Leicester City. Jabatan kapten untuk klub sebesar MU tentu dipandang sebagai sosok pilihan yang extra ordinary.

Akan tetapi, bek kepercayaan Gareth Southgate di tim nasional Inggris itu bak menghadirkan paradoks. Dia tampil meyakinkan di Piala Dunia 2018 dan laga-laga Tim Tiga Singa; sebaliknya menjadi bulan-bulanan kritik fans MU.

Dengan status kapten, dia sering membuat blunder yang menyebabkan terjadinya gol. Siapa pun pemain yang menjadi duet Maguire, tidak mampu menerbitkan rasa aman bagi pertahanan Setan Merah.

Banyak analis yang memasalahkan bobot kepemimpinan Maguire. Beban sebagai kapten itukah yang mempengaruhi performanya?

Nyatanya, dia selalu tampil mantap bersama Three Lions. Apakah karena di timnas dia tidak menyangga beban kepemimpinan?

Masalahnya, performa di MU lebih banyak disorot, sehingga bahkan ketika dia tampil bagus di timnas, seperti ketika mengalahkan Pantai Gading dalam laga uji coba, Maguire juga tetap menjadi sasaran ejekan suporter.

Ada yang membela dan menyudutkan Maguire.

Bek termahal dunia itu dinilai kurang berwibawa sebagai kapten. Bruno Fernandes, dan kemudian Cristiano Ronaldo dipandang lebih berkarisma.

Sorotan itu berdampak pada penampilannya. Fans tak membedakan, apakah dia bermain bagus untuk timnas. Dia tetap saja menerima cercaan. Maguire dianggap tidak layak bermain untuk Three Lions karena performa buruknya di Pasukan Theatre of Dream.

Mantan bek nasional Jamie Carragher menilai, sebagai kapten Maguire tidak mampu menangani rekan setimnya. “Kesulitan Maguire untuk membalikkan keadaan di Old Trafford adalah kurangnya wibawa di ruang ganti United. Sejak musim panas lalu, Maguire cemas apakah dia atau Cristiano Ronaldo yang mestinya menjadi kapten,” kata legenda Liverpool itu kepada Daily Mail.

Pelatih timnas Gareth Southgate tetap membela Harry Maguire. Dia menilai, bek 29 tahun itu banyak berjasa, maka dia tetap memasukkan namanya dalam skuad uji coba.

Kata Southgate, seperti dilansir Reuter, “Dia lebih dari mampu bermain untuk kami di level tertinggi. MU berada dalam momen sulit, mungkin ada sejumlah alasan untuk itu…”

“Itu tidak berarti pemain yang menurun, selama beberapa tahun masih bisa masuk. Itu juga tergantung pada persaingan di posisi itu. Ini rumit. kami butuh pemain terbaik. Maguire sangat bagus di musim gugur, dan dia membantu membawa kami ke semifinal Piala Dunia (2018) serta final Euro (2020),” jelasnya.

Seperti pelatihnya, para pilar timnas seperti kapten Harry Kane, Declan Rice, dan Jack Grealish juga tak bisa menerima cemoohan terhadap Maguire.

Pembelaan itu dianggap berlebihan oleh mantan kapten MU, Roy Maurice Keane. Setiap pemain, katanya kepada ITV, pernah mendapat cemoohan. Southgate dinilainya menerapkan standar ganda, karena tidak melakukan hal yang sama kepada Raheem Sterling yang beberapa tahun lalu mengalami hal serupa dan dikeluarkan dari tim.

Dilematika
Sorotan tentang kapten sebagai salah satu titik lemah MU tentu membuat tidak nyaman. Bagaimanapun, ini adalah masalah prestise yang terkait dengan kepercayaan pelatih dan fans.

Andai pelatih melepas peran itu, pasti menjadi pukulan berat bagi Maguire. Masalah konfidensi bisa merusak performanya. Namun tetap memberinya beban kepemimpinan juga terbukti menciptakan celah. Paul Pogba pernah merasakan beratnya tanggung jawab itu di bawah coach Jose Mourinho. Dia diangkat jadi kapten, tak lama kemudian ban kapten itu dilepas.

Di tengah kompleksitas kondisi, untuk menjawab usikan fans, hanya ada satu jawaban: Maguire bangkit memperlihatkan mutu leadership, sekaligus membuktikan soliditas sebagai pilar pertahanan MU, seperti pada masa-masa unjuk visi bersama Leicester City. Juga penampilan di timnas yang membuat Southgate tak surut kepercayaan…

Amir Machmud NS, wartawan suarabaru.id, kolumnis sepak bola —