blank
Ganjar Pranowo melakukan pengecekan sekaligus membeli minyak goreng curah seharga Rp 20 ribu untuk satu liter, di Pasar Bulu, Semarang. Foto: dok/ist

SEMARANG (SUARABARU.ID)- Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, melakukan sidak ke Pasar Bulu, Semarang, Selasa (5/4/2022). Sidak dilakukan untuk mengecek ketersediaan serta harga minyak goreng di pasaran.

Dalam sidak itu, Ganjar menemukan fakta mengejutkan. Para pedagang menjual minyak goreng curah kepada konsumen yang harusnya Rp 14 ribu menjadi Rp 20-22 ribu per liter.

Awalnya saat Ganjar datang, dia mendapat keluhan dari para pedagang tentang sulitnya minyak goreng. Di toko mereka, juga hanya terpajang minyak goreng kemasan.

BACA JUGA: Ganjar Geram, Pengiriman Minyak Goreng Terlambat Datang

”Minyak goreng curah susah pak, harganya juga sama-sama mahal. Mending jual yang kemasan,” kata Tini, salah satu pedagang.

Kepada Ganjar, Tini menyampaikan kesulitan mendapat pasokan minyak goreng curah. Kalau pun dapat, harganya juga cukup mahal, yakni di atas Rp 18 ribu per liternya.

”Makanya kami jual ke konsumen Rp 20-22 ribu per liter. Kalau tidak begitu, ya tidak untung,” ucapnya.

BACA JUGA: Ganjar Berharap Keberadaan Komite Advokasi Daerah Beri Manfaat

Tidak hanya dari Tini, para pedagang lain juga menyampaikan hal yang sama ke Ganjar. Mereka tidak ada yang menjual minyak goreng curah seharga Rp 14 ribu.

Ganjar bahkan membuktikan sendiri dengan membeli minyak goreng pada salah satu pedagang. Dia pun harus mengeluarkan uang Rp 20 ribu untuk seliter minyak goreng curah. Bahkan dia tak boleh beli banyak, karena pedagang kasihan pada pembeli lain. ”Berarti minyak goreng curah Rp 14 ribu itu hoaks ya bu,” canda Ganjar.

Djelaskan dia, dari pengecekan itu dirinya menemukan cerita, minyak goreng curah Rp 14 tidak ada di pasaran. Sampai tingkat bawah, harga minyak goreng curah bisa mencapai Rp 22 ribu.

BACA JUGA: Pastikan Tepat Sasaran, Babinsa Pantau Pembagian Bantuan Langsung Tunai

”Ternyata dari informasi yang kita dapat dari pedagang, itu banyak pemainnya. Jadi para pedagang ini beli dari orang lain sudah harga Rp 18 ribu. Jadi rasa-rasanya, model operasinya harus diubah,” urai Ganjar.

Sistem distribusi minyak goreng curah yang disubsidi pemerintah seharga Rp 14 ribu memang harus diubah. Tidak bisa lagi, minyak dilepas ke pasaran tanpa ada pantauan.

”Kalau seperti ini, relatif konsumen tidak akan dapat harga Rp 14 ribu, yakin saya nggak mungkin. Maka sistemnya harus diubah, model distribusinya harus tertutup. Namanya subsidi, harus diberikan satu per satu dan langsung ke pedagang,” tegasnya.

BACA JUGA: Ini Syarat Terbaru Naik Kereta Api Jarak Jauh

Ganjar juga mengantisipasi peredaran minyak goreng curah bersubsidi yang sebentar lagi akan datang ke Jateng. Untuk mengantisipasi adanya permainan harga, maka pihaknya akan memastikan minyak goreng subsidi betul-betul sampai langsung ke tangan yang membutuhkan.

”Mungkin penting juga ada semacam identitas pedagang untuk menebus minyak goreng ini. Sebab kalau tidak, selalu ada permainan. Ada middleman yang bermain dan ambil untung banyak. Selain itu, gagasan dulu pabrik mendistribusikan dan mengawasi langsung ke pedagang, menurut saya bagus dan bisa diterapkan,” pungkasnya.

Riyan