SEMARANG (SUARABARU.ID) – Sebelum masuk bulan Ramadan, sejumlah warga kampung Tambakrejo yang berada di pesisir Kota Semarang melakukan ziarah kubur.
Ziarah kubur memang sudah biasa dilakukan oleh kalangan warga. Namun kali ini mereka (warga) berziarah kubur di makam yang tenggelam akibat abrasi dan air pasang Laut Jawa.
Dilansir dari suara.com, Jumat (1/4/2022), pemakaman yang berada tepat di bibir pantai ini masih dikunjungi warga. Mereka yang berziarah mengirim doa untuk para leluhur dan sanak saudara, yang dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum(TPU) Tambakrejo, yang tanahnya tenggelam akibat abrasi dan air pasang laut beberapa tahun terakhir.
Seorang peziarah, Aris (45) yang dulu tinggal di kampung Tambakmulyo dan kini sudah pindah ke Sembungharjo Genuk menceritakan, setiap tahun menjelang Ramadan, dirinya selalu mengajak anak dan istrinya untuk berziarah di TPU Tambakrejo.
“Sudah tradisi kami tetap mengirim doa ke makam leluhur yang ada disini,” ujar Aris.
Aris mengungkapkan, terakhir kali dirinya memakamkan jenazah orang tuanya di TPU Tambakrejo pada 2014 lalu.
Menurutnya, kala itu pasang air laut belum separah saat ini yang mampu menenggelamkan area pemakaman. “Terakhir mengubur jenazah pada tahun 2014, setelah itu air laut sudah mengikis daratan termasuk daerah makam,” jelas Aris.
Aris mengatakan, sejak 2018 lalu, pasang air laut membuat warga tidak bisa mendekat di area pemakaman, dan terpaksa harus menggunakan perahu kecil untuk mendekat di patok makam untuk berziarah.
Selain itu, tenggelamnya makam juga membuat sejumlah warga lainnya yang memakamkan leluhur di TPU Tambakrejo enggan untuk berziarah.
“Waktu patok masih kelihatan sedikit, yang ziarah juga masih banyak karena masih tau posisi makam. Tapi sekarang sudah tenggelam semua, jadi ya dipinggiran saja dan sudah jarang yang ziarah,” kata Aris.
Sementara seorang warga Tambakrejo lain, Dani (50) juga mengatakan hal yang sama. Untuk ziarah ke makam ayahnya yang meninggal pada tahun 1990-an, dirinya harus menggunakan perahu untuk berziarah di area pemakaman. “Karena kebetulan saya punya perahu, jadi tetap ziarah di makam yang tenggelam,” ucapnya.
Dani mengaku sempat harus turun dari perahu dan berenang untuk mencari patok makam almarhum ayahnya.
“Waktu itu sempat cari patok makam bapak saya, karena dari perahu itukan yang kelihatan cuma ujungnya saja,” tambah Dani.
Hingga saat ini, masih ada warga seperti Dani dan Aris yang tetap mempertahankan makam leluhur mereka di TPU Tambakrejo yang sudah tenggelam, karena ingin menghormati leluhur. Menurutnya, berziarah merupakan bentuk bakti mereka.
Ning