WONOSOBO (SUARABARU.ID)-Pondok Pesantren (PP) Al Mubaarok Manggisan Mojotengah Wonosobo Jawa Tengah melepas 37 dai ramadan ke-15 Kecamatan yang ada di Wonosobo, Kamis (31/3/2022), di Aula PP Al Mubaarok setempat.
Pelepasan dai ramandan ditandai dengan penyerahan mahasantri dari pengasuh PP Al Mubaarok KH Nur Hidayatullah kepada Bupati Wonosobo yang diwakili Sekda One Andang Wardoyo.
Peserta dai ramadan merupakan mahasantri semester akhir di Ma’had Aly PP Al Mubaarok. Kegiatan tersebut merupakan bentuk pengabdian mahasantri pada masyarakat sebelum menyelesaikan program studinya.
Pengasuh PP Al Mubaarok KH Nurhidayatullah menyebut dai ramadan nantinya akan berada di tengah-tengah masyarakat selama 35 hari untuk menebarkan Islam yang rahmatan lil ‘alamin ala ahlusunnah wal jamaah.
“Mereka juga akan mengenalkan dunia pesantren di masyarakat. Menularkan ilmu yang telah ditimba di pesantren pada masyarakat secara langsung. Baik ilmu terkait Al Qur’an-Hadist, Fiqh dan qiroatul kutub lainnya,” ujar dia.
Dari program unggulan seperti dai ramadan di Ma’had Aly PP Al Mubaarok sendiri, lanjutnta, biasa dijadikan sebagai rujukan bagi pondok pesantren lain dalam mengembangkan pendidikan pesantren yang ada di luar daerah.
Tiga Target
Mudir Ma’had Aly PP Al Mubaarok Dr Nurul Mubin MSi mengatakan program dai ramadan diharapkkan mencapai tiga target bagi mahasantri, taklim dan takdib (pendidikan dan pengajaran), penelitian dan khimad (pengabdian) di masyarakat.
Mubin menjelaskan jika secara tehnis 37 mahasantri ini akan disebar di masjid dan mushola di 31 wilayah. Mereka akan mulai aktivitas belajar, dan mengajar mulai dari subuh hingga malam hari.
“Jadwal lengkapnya sudah disiapkan. Jadi apa saja yang akan mereka lakukan itu sudah diagendakan dalam mensyiarkan Islam. Termasuk diwajibkan saban hari untuk silaturahmi ke 3 rumah warga untuk penelitian,” terangnya.
Secara umum, mahasantri ini dalam 35 hari mendatang akan banyak mengabdi kepada masyarakat. Dengan mengisi kultum, mengkaji kitab, membaca al-qur’an dan diminta untuk bisa menyelesaikan sejumlah persoalan keagamaan di tingkat desa.
Uniknya, menurut Mubin, jika dalam kuliah pengabdian itu mahasiswa yang harus membayar. Namun di pengabdian bagi mahasantri itu justru masyarakat sendiri yang menyediakan segala kebutuhan mahasantri itu.
“Karena program ini berjalan itu atas dasar kebutuhan masyarakat sendiri yang meminta pada PP Al Mubaarok, bukan pihak pondok yang menawarkan diri,” tandasnya.
Muharno Zarka