Perlu diingat, sebelumnya kriteria hilal yang dipakai dikenal dengan sebutan kriteria dua tiga delapan. Maksudnya, patokan penetapan awal bulan kamariah yang dipakai manakala hilal pada kondisi tinggi dua derajat, sudut elongasi tiga derajat, dan umur hilal delapan jam.
Apa arti dan dampaknya? Perlu diketahui bahwa rukyatul hilal (pengamatan hilal) untuk Ramadan dilakukan sesaat setelah masuk waktu Magrib pada akhir bulan Syakban. Menurut data perhitungan kalender keluaran UIN Walisongo, dengan titik koordinat Kota Semarang, diketahui bahwa posisi hilal pada tanggal 1 April 2022 pada ketinggian dua derajat dua puluh satu menit, sudut elongasi tiga setengah derajat, dan umur hilal empat jam enam belas menit.
Dengan menggunakan kriteria lama, harusnya awal Ramadan 1438 H jatuh pada hari Sabtu (2/4). Sebab posisi hilal sudah memenuhi kriterianya, hilal pada ketinggian lebih dari dua derajat dan memungkinkan untuk dirukyah. Sementara dengan menggunakan kriteria baru, posisi hilal pada Jumat (1/4) belum memenuhi kriteria minimal ketinggian tiga derajat.
Kalau kriteria lama ditinggalkan dan kriteria baru yang dipakai, mengapa berbeda? Jamak diketahui dan sudah bertahun-tahun berlangsung, terdapat perbedaan pandangan terkait kriteria awal Ramadan.
Wujudul Hilal dan Imkanur Rukyah
Satu kriteria dikenal dengan kriteria wujudul hilal. Menurut kriteria ini posisi hilal dengan ketinggian di atas nol derajat sudah bisa dipakai sebagai acuan bahwa satu Ramadan sudah masuk. Kriteria lain yang dipakai di negeri ini, masyhur dengan sebutan kriteria imkanur rukyah. Kriteria kedua ini yang diadopsi oleh pemerintah.
Nah, dengan menggunakan kriteria wujudul hilal, maka awal Ramadan tahun ini bertepatan dengan hari Sabtu (2/4/2022). Sebab posisi hilal sudah di atas nol derajat. Kriteria ini masih dipakai dan dianut oleh sebagian umat Islam di Tanah Air. Sehingga bisa diprediksi, awal Ramadan pada hari Sabtu bagi penganut krteria wujudul hilal dan hari Ahad bagi penganut kriteria imkanur rukyah.
Lantas salah seorang kawan ngopi di perempatan jalan berseloroh, enaknya ikut awal puasa pada hari Sabtu atau Ahad? Dua kaca mata bisa dipakai untuk menjawab kawan tadi. Kaca mata pertama disebut kaca mata kepatuhan warga negara.
Menurut kaca mata ini, umat Islam di Tanah Air sebaiknya memulai puasa Ramadan dengan mengikuti apa yang ditetapkan oleh pemerintah. Sehingga untuk tahun ini, menurut kaca mata pertama, memulai Ramadan di hari Ahad.
Kaca mata ini penting digunakan sebagai salah satu ikhtiar menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Setidaknya dengan mengikuti salah satu ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah menjadi satu bukti kesetiaan warga Negara terhadap negaranya.
Kaca mata kedua dinamai dengan kaca mata fiqh. Kaca mata ini seiring seirama dengan kriteria awal Ramadan yang dipakai. Bagi penganut wujudul hilal, dipersilakan mengawali Ramadan pada hari Sabtu. Sedangkan yang menganut kriteria imkanur rukyah memulai Ramadan di hari Ahad.
Dalam kaca mata fiqh, sejatinya diperkenankan untuk berbeda. Sebab fiqh yang secara tekstual berarti pemahaman, dan pemahaman meniscayakan perbedaan. Fiqh yang merupakan hasil pemahaman ulama fiqh terhadap sumber utama ajaran agama Islam (Alquran dan hadis Nabi), ihwal penetapan awal Ramadan, pun bisa dan boleh berbeda.
Oleh karena itu, siapapun Anda yang tinggal di negara Indonesia dan beragama Islam, silahkan memulai puasa menurut kemantapan pribadi dan ulama yang dianut. Semoga kehadiran Ramadan membawa keberkahan dan kedamaian untuk Tanah Air tercinta.
Ahmad Munif, Dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Walisongo Semarang