JEPARA (SUARABARU.ID) – Ketua dan anggota KPU RI periode 2017-2022 akan berakhir masa jabatannya pada 12 April 2022. Salah satunya adalah Viryan, ketua Divisi Data dan Informasi KPU RI. Lalu akan kemana ia beraktivitas setelah berakhir masa jabatannya?
Viryan menjadi narasumber dalam Sosialisasi Aplikasi Mobile Lindungi Hakmu yang diselenggarakan KPU Kabupaten Jepara, 18 Maret 2022. Acara itu juga dihadiri anggota KPU Provinsi Jawa Tengah Paulus Widianto dan KPU kabupaten/kota di Jawa Tengah.
Saat mengisi acara itu, ia mengungkapkan sebagian aktivitasnya setelah berakhir masa jabatannya. “Paling lama saya di KPU sampai 12 April 2022. Pak Viryan setelah dari KPU kemana? (jawabnya) Saya jadi penggali,’’ ungkap pria kelahiran Jakarta 4 September 1975 itu.
Ia mengatakan itu karena ketertarikannya terhadap sejarah akar demokrasi di Indonesia. Ia meneliti dari berbagai sumber, termasuk sejarah kearifan dan nilai-nilai yang dijaga sejak dahulu kala. “Banyak di media sosial yang menarasikan demokrasi di Indonesia adalah impor. Ini ahistoris. Sejak dulu nenek moyang kita berkultur demokrasi, sebelum muncul kolonialisme,” ujar Viryan
Para pendiri bangsa, kata dia, memiliki literasi yang kuat. Mereka memimpikan dan berusaha bagaimana Indonesia merdeka dan membangun Indonesia yang demokratis. “Sila (keempat dari Pancasila) Kerakyatan itu bersumber dari kultur demokrasi di masa lalu. Nilai musyawarah. Ini banyak jejaknya. Saya berkeliling dan mengumpulkan jejak-jejak itu,” lanjut Viryan.
Setelah kemerdekaan, bangsa ini juga memiliki sejarah yang tercatat dengan baik yaitu menyelenggarakan pemilu kali pertama, yaitu Pemilu 1955 atau 10 tahun setelah kemerdekaan. “Pemilu 1955 disebut sebagai pemilu paling demokratis,” papar Viryan.
Penyelenggaraan pemilu 1955 ini menurutnya perlu menjadi catatan, bahwa penting untuk merawat optimisme publik dalam kehidupan berdemokrasi. Pemilu 1955 menunjukkan kita pernah punya sejarah baik. Nilai-nilai dalam pemilu 1955 penting untuk dihidupkan kembali, seperti gotong royong dan kejujuran, dua hal yang menjadi identitas demokrasi.
Dulu, saat penyelenggaraan pemilu, partisipasi masyarakat luar biasa. “Bahkan di Pontianak, dulu untuk TPS (tempat pemungutan suara) warga memberikan kue, gorengan atau kipas angin. Mereka secara gotong royong dan sukarela membantu. Nilai-nilai ini pelan-pelan tergerus,” kata Viryan yang sebelum menjadi anggota KPU RI merupakan anggota KPU Kota Pontianak dua periode (2003-2008 dan 2008-2013), serta anggota KPU Provinsi Kalimantan Barat periode 2013-2017.
Ia selalu mengingatkan bahwa penyelenggara pemilu tak semata-mata terkonsentrasi pada hal-hal teknis penyelenggaraan. Namun lebih dari itu juga harus menyentuh substansi kepemiluan. Nilai-nilai demokrasi yang dulu pernah dicontohkan para pendiri bangsa adalah referensi sejarah.
“Nilai-nilai itu mesti semakin banyak yang menyuarakan. Saya berkeliling soal ini. Sebelum di Jawa Tengah, saya di Sulsel, Sulut, dan Jawa Barat. Aspek esensi pemilu, jangan sampai dilupakan,” tandas Viryan.
Makin banyak negara yang belajar kehidupan demokrasi di Indonesia. Baru-baru ini, “KPU”-nya Kenya, salah satu negara di Afrika, belajar aspek elektoral di KPU RI. “Ilmu dan pengalaman demokrasi kita ini kaya, dan menjadi referensi untuk dipelajari dan diterapkan di negara lain,” kata Viryan.
Ia yang banyak mengelaborasi teknologi informasi dalam kepemiluan, juga mengungkapkan saat ini sedang menyusun buku Digitalisasi Pemilu. Ini tak lepas dari perjalanan sejarah bagaimana sistem teknologi dan informasi itu dijalankan di Indonesia. Ia menyebut sejak 1987, embrio digitalisasi pemilu sudah ada.
Era itu menurut Viryan, sudah ada empat sistem, yakni Sistem Informasi Pemilih (Silih) Sistem Informasi Pencalonan (Silon), Sistem Informasi Surat Suara (Sisura), dan Sistem Informasi Penghitungan (Situng). Ke depan, teknologi informasi dan digitalisasi kepemiluan makin dibutuhkan karena sudah menjadi kebutuhan. Itu sebabnya aplikasi mobile Lindungi Hakmu terus disosialisasikan, untuk memutakhirkan data pemilih secara berkelanjutan dan mudah diakses. Jejak-jejak sejarah demokrasi di Indonesia menarik perhatian Viryan. Ia akan terus menggalinya untuk literasi dan referensi.
Hadepe – Kpu