blank
Duit Brasil yang pernah jadi cerita dalam kasus penipuan harta karun beberapa waktu lalu. Foto: Ist

blankPELIPATGANDAAN uang, walau sering diekspos media, korbannya tetap masih selalu ada. Ironisnya, sebagian dari korban itu ada dari kalangan kalangan awam saja. Yang berpendidikan tinggi juga ada.

Dulu para pelaku menyebar informasi ada “sesepuh” pemegang kunci harta karun di Bank Swiss. Diinfokan, dana itu ada namun belum bisa dicairkan, karena ada syarat yang belum dipenuhi. Untuk sementara, guru itu tinggal di rumah kontrakan sambil mencari masa.

Cara meyakinkan calon “korban” itu beragam. Misalnya, jika sedang ada tamu, istrinya minta uang belanja. Dia lalu komat-kamit dan menyuruh istrinya membuka taplak meja, dan di situ ada beberapa lembar uang lima puluh ribuan baru.

Mereka sering menyewa mobil lalu mengajak tamu-tamunya dan berlagak seolah mencari pom bensin yang akan dijual. Kadang tamu-tamu itu diajak mendatangi dealer dan menanyakan mobil model terbaru yang tipenya tidak ada di situ.

Setelah calon korban yakin, dia yang mengaku pemegang kunci harta karun itu minta agar tamu-tamunya menyiapkan uang yang akan dimantrai. Mereka, para tmu itu percaya, karena selain pemegang amanah harta karun, dia juga mengaku bisa menggandakan uang menjadi  dua kali lipat.

Baca juga Harta Karun, Uang Gaib, Dana Revolusi – Bagian Pertama dari Dua Tulisan

Namun karena prosesnya lama, jika ada yang tanya uangnya, dia mengulur waktu. Sambil menunggu proses uang jadi, peserta disuruh selamatan setiap malam Jumat dengan biaya bersama.

Di antara mereka itu ada guru SD yang menjual motor kreditan dan perhiasan istrinya, ada juga PNS dengan modal uang pinjam dari  koperasi, bahkan ada juga petani, hasil dari jual ternak dan menggadaikan sawah.

Namun setelah lama ditunggu tidak juga ada hasilnya, ada yang menanyakan uangnya. Dia berdalih menunggu dawuh guru, dan jika ada yang caranya kasar, dia menyebut nama jenderal yang diakui sebagai murid dan sekaligus bekingnya.

Dia juga sering mengintimidasi, jika ada tamu tidak sabar dan ingin menarik uangnya kembali, dia “nyumpahi”  jika nanti saat pulang tidak selamat dalam perjalanan, dia tidak tanggung jawab.