GROBOGAN (SUARABARU.ID) – Kelangkaan minyak goreng membuat masyarakat di Kabupaten Grobogan mulai mengeluh. Beberapa di antaranya merupakan ibu rumah tangga dan pelaku usaha kecil menengah yang kesulitan mendapatkan minyak goreng di berbagai toko modern.
Bahkan, salah satu distributor minyak goreng di kota Purwodadi menerapkan peraturan untuk pembelian satu karton minyak goreng dengan syarat dan ketentuan yang berlaku.
Ayu, warga Purwodadi mengeluhkan minyak goreng yang langka. Pasalnya, perempuan yang sehari-harinya berjualan makanan secara online ini kesulitan minyak goreng untuk membuat bahan makanan olahannya.
“Saya jualan makanan dengan model nasi boks begitu, rata-rata lauknya harus digoreng. Jujur saja, sebelum penetapan satu harga, saya masih bisa beli minyak goreng meskipun saat itu harganya mahal. Sekarang, cari satu liter saja susah sekali. Tadi ke distributornya langsung harus pakai syarat KTP dan mesti beli santan instan dengan merk yang sama,” ungkap Ayu.
Ayu sendiri harus merogoh kocek Rp 250.500 untuk pembelian satu karton minyak goreng isi 12 pouch minyak goreng ukuran satu liter.
“Dulu pas zaman covid-19 merajalela, yang langka hand sanitizer dan masker. Sekarang wabahnya Omicron, kok jadi minyak goreng yang langka,” keluh Ika, warga lainnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Grobogan melalui Kabid Perdagangan, Sigit Adiwibowo menjelaskan kelangkaan minyak goreng tidak terjadi di wilayah Kabupaten Grobogan saja.
“Kelangkaan terjadi di seluruh Indonesia. Kebijakan HET memang perlu waktu karena lini distribusi banyak dan beraneka ragam sudah lapor ke Kemendag,” ungkap Sigit Adiwibowo.
Seperti yang diketahui, pemerintah melalui Kemendag RI telah mencabut penerapan satu harga pada minyak sawit.
Meski demikian dari pantauan di lapangan, stok minyak goreng di beberapa toko modern atau supermarket di wilayah Kabupaten Grobogan tidak banyak ditemukan adanya minyak goreng.
Tya Wiedya