Sebanyak 32.86% responden mengalami peningkatan penghasilan dibandingkan enam bulan yang lalu dan 35,43% responden berpendapat bahwa terdapat peningkatan ketersediaan lapangan kerja. Di sisi lain, 23,71% responden mengalami penurunan konsumsi barang-barang kebutuhan tahan lama.
Ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi 6 bulan ke depan (Juli 2022) yang tercermin dari Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) sebesar 150,46, lebih tinggi dibandingkan Desember 2021 yang sebesar 149,01.
Berdasarkan komponen pembentuk IEK, peningkatan keyakinan responden terhadap kondisi ekonomi ke depan didorong oleh ekspektasi penghasilan, tenaga kerja, dan dunia usaha yang membaik.
“Sebanyak 54,71% responden memperkirakan kenaikan penghasilan 6 bulan mendatang, dan 72,41% responden memperkirakan ketersediaan lapangan kerja akan meningkat. Perkiraan kenaikan penghasilan tersebut didukung oleh ekspektasi peningkatan omzet dan tambahan pendapatan di luar gaji/upah,” katanya.
Sementara itu, perkiraan kenaikan lapangan kerja dipengaruhi oleh ekspektasi peningkatan kegiatan/proyek Pemerintah/Swasta dan semakin mudahnya akses kredit ke perbankan. Lebih lanjut, 69,43% responden juga menyatakan kegiatan usaha ke depan akan meningkat.
Dari seluruh responden yang menyatakan perkiraan peningkatan kegiatan dunia usaha ke depan, sebesar 32,72% didasarkan pada penilaian akan kenaikan harga yang terkendali, sebesar 31,48% didasarkan subsidi/insentif pemerintah yang meningkat, dan sebesar 29,42% didasarkan pada pembiayaan perbankan yang semakin mudah.
Sementara itu, berdasarkan penggunaan, mayoritas penghasilan responden pada Januari 2022 digunakan untuk kebutuhan konsumsi (63,68%), pembayaran cicilan/pinjaman (13,94%), dan tabungan (22,38%).
“Komposisi ini tidak mengalami perubahan yang signifikan apabila dibandingkan dengan hasil survei Desember 2021,” pungkas Rahmat menjelaskan.
Hery Priyono