SEMARANG (SUARABARU.ID) – Bagi asyarakat Indonesia keturunan etnis Tionghoa, tahun baru Imlek merupakan perayaan yang penting bagi mereka. Perayaan ini menjadi momen bagi etnis Tionghoa untuk dapat berkumpul bersama keluarga besar.
Namun di tahun ini, cara merayakan tahun baru Imlek cukup berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya karena masih berada di kondisi pandemi covid-19. Di tahun-tahun sebelumnya, perayaan tahun baru Imlek digelar dengan meriah, festival lampion, pagelaran barongsai, dan pagelaran festival jajanan memeriahkan Imlek di tahun-tahun sebelumnya.
Perayaan tahun baru Imlek jatuh pada tanggal 1 Februari 2022 esok. Tahun ini merupakan tahun baru Imlek ke-2573 dengan shio macan. Perayaan Imlek di tahun ini digelar dengan beberapa protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah, dan diharapkan bisa dilakukan dengan cara sederhana.
Seperti pada perayaan Imlek di Klenteng Grajen yang sudah berdiri selama kurang lebih 500 tahun di Jalan Grajen Karanglo 203 Semarang, perayaan Imlek di Klenteng Grajen dilakukan dengan persiapan yang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Yang pasti taka da persiapan khusus, karena masih masa pandemi.
Juru kunci Klenteng Grajen, Salefo, menjelaskan tahun ini perayaan Imlek di Klenteng Grajen meniadakan sejumlah upacara-upacara keagamaan, hanya membuka klenteng untuk sejumlah umat yang akan beribadah.
“Tidak ada persiapan untuk Imlek di Klenteng ini, jemaah hanya datang keluar masuk untuk ibadah dan kita tidak mengadakan upacara-upacara. Kalau sebelum pandemi kita memang mengadakan upacara, tapi selama pandemi upacara sementara kita tutup dulu,” ujarnya.
Jika ada pengunjung yang berkerumun, kata Salefo, akan ditegur. Pengunjung diharapkan mematuhi protokol kesehatan.
Salefo mengatakan bahwa aparat kepolisian juga turut andil dalam memonitor keamaan dan protokol kesehatan. Dikatakan bahwa tidak ada persiapan yang dilakukan, tidak ada upacara-upacara yang akan dilakukan menjelang hari Imlek.
Jemaat yang datang hanya diperbolehkan untuk melakukan doa dan ibadah sendiri bersama keluarga.
Salefo mengatakan bahwa semua agama ketika kita percaya semua itu akan dijabah, jadi intinya kepercayaan saja. ”Kebiasaan yang dilakukan umat yang merayakan biasanya membagi-bagikan kue keranjang buat tetangga dan saudara,” kata dia.
Inge Rullysia/Rona Napitupulu