MAGELANG, (SUARABARU.ID)- Bila menyebut nama semanggi, pikiran kita akan mengarah ke salah satu tumbuhan jenis paku air yang mudah di pematang sawah atau di tepi saluran irigasi.
Selain itu, juga terbayang akan salah satu jembatan layang pertama di Indonesia, tepatnya jembatan layang di persimpangan antara Jalan Sudirman dengan Jalan Gatot Subroto, Jakarta yakni Jembatan Semanggi.
Di Kota Magelang juga ada nama “Semanggi” tapi bukan nama bangunan, melainkan nama kedai es yang cukup legendaris dan berdiri sejak tahun 1960-an, yakni Depot Es Semanggi.
Meskipun letak kedai es tersebut cukup tersembunyi, yakni di salah satu sudut basement parkiran sebuah toko modern di pusat Kota Magelang, tetapi tidak pernah sepi dari pembeli.
Ratna, pengelola Depot Es Semanggi mengatakan, nama “Semanggi”tersebut melekat di kedai es yang dulu didirikan kakeknya tersebut, berasal dari salah satu pelanggannya. Dan, sebelumnya tidak ada namanya melainkan hanya “Es Pleret” saja.
Menurutnya, tambahan nama “Semanggi” tersebut disematkan oleh salah satu pelanggannya asal Magelang yang kebetulan berdinas di Jakarta yakni di sekitar Jembatan Semanggi.
“Depot es dulunya tidak ada namanya. Kata mbah kakung, nama semanggi itu yang memberi nama pelanggan asal Magelang yang berdinas sebagai tentara dan dinasnya di sekitar Jembatan Semanggi Jakarta. Terus dikasih nama Semanggi alasannya, karena dinasnya di sekitar Semanggi,” ujarnya.
Usaha Turun -Temurun
Ratna menjelaskan, kedai es yang dikelolanya merupakan usaha turun- temurun yang dulunya dilakukan oleh kakeknya sejak tahun 1960 –an. Dan sekarang,usaha tersebut terus dilestarikan ke generasi ketiga.
“Usaha minuman es ini merupakan usaha turun temurun dari kakek,”kata Ratna.
Ia mengatakan, dulu kakeknya berjualan di depan Klenteng Liong Hok Bio Magelang dan kemudian di sekitar tahun 1980-an, tempat usaha tersebut berpindah di dekat bioskop Magelang Theatre dan hingga saat ini berada di bawah basement parkiran toko modern yang ada di Kampung Losmenan.
Ratna mengaku, meskipun dirinya merupakan generasi ketiga dari usaha Es Semanggi, tetapi dirinya masih menggunakan resep yang diwariskan oleh kakeknya. Sehingga, hingga saat ini cita rasa es tersebut tidak jauh berbeda dengan resep dari pendahulunya.
“Resep yang digunakan juga merupakan resep warisan dari kakek. Yakni, untuk pemanis dengan mengunakan gula pasir dan pewarna sirup dengan pewarna makanan,”ujarnya.
Depot Es Semanggi tersebut setiap harinya buka mulai pukul 10.00 WIB hingga sekitar pukul 16.00 WIB dan menyajikan aneka minuman segar.
Paling tidak ada sebanyak 19 varian minuman es yang bisa dinikmati. Namun, dari 19 varian tersebut, empat diantaranya menjadi menu favorit bagi para pelanggannya, yakni es pleret, es coklat pleret, es coklat roti dan es susu pleret.
Di beberapa tempat dikenal dengan nama ‘gempol’, yakni semacam cendol yang terbuat dari tepung beras yang sebelumnya telah diolah dan berbentuk silinder.
Untuk menu es pleret tersebut, dimasukan ke dalam gelas dan ditambah dengan es batu, sirup warna merah, dan terakhir diberi santan.serta ditaburi dengan irisan roti tawar.
Sedangkan, untuk satu gelas es Semanggi tersebut harganya sangat terjangkau untuk kantong para pembeli. Harganya juga bervariatif berkisar antara Rp 5.000 hingga Rp7.000 per gelas.
“Harganya sangat murah, mulai dari Rp5.000 hingga Rp7.000 per gelasnya. Yang paling mahal itu untuk es coklat,”imbuhnya. Yon