Oleh: Amir Machmud NS
// dia menari-nari/ dan akan terus menari/ dia ada/ dan akan terus ada/ riuh rendah langit Anfield/ luluh lantak nyali lawan/ dia bergembira/ dan terus bergembira/ dalam senyum dan rendah hati//
(Sajak “Istikamah Mohamed Salah”, 2021)
MOHAMED Salah tak pernah berhenti membuat kisah indah. Silih bersambung merekah langkah. Dari gol ke gol, assist ke assist, dan dari dribel ajaib ke dribel ajaib; dengan konsistensi yang tak sembarang pemain bisa menyamai.
Tanpa ragu, legenda Liverpool yang kini menjadi pandit sepak bola, Jamie Carragher memuji Salah sebagai pemain terbaik dunia saat ini. Carra merujuk pada aksi The Pharaoh saat mencetak gol kedua Liverpool ke gawang Manchester City dalam big match Liga Primer di Anfield, akhir pekan kemarin.
Dalam wawancara dengan Sky Sports, Carra menyatakan, tidak ada pemain lain di dunia saat ini yang lebih baik dari Salah. “Dia salah satu pemain terhebat yang pernah memperkuat Liverpool,” katanya.
Itulah gol megah dari seorang pemain besar. Mo Salah mengelabuhi Joao Cancelo, Bernardo Silva, Phil Foden, lalu Aymeric Laporte sebelum menaklukkan kiper Ederson Moraes.
Karya Salah itu disetarakan dengan keagungan gol Lionel Messi dalam laga Liga Champions 2014 ketika Barcelona mengalahkan Bayern Muenchen.
Gol-gol eksepsional yang selama ini dia cipta mengukuhkannya sebagai pemain yang komplet. Licin dalam dribel, kreatif dalam visi, cepat dalam lari mengiris sayap, dan kuat dalam eksekusi dari arah mana pun. Dia cepat menemukan solusi menembus tingkat kesulitan dari sekuat apa pun pertahahan lawan.
Pada awal kariernya di liga Eropa bersama FC Basel, dia mendapat julukan “Messi dari Mesir”. Dan, berbeda dari sejumlah “titisan” Messi lainnya yang kemudian “tak terdengar”, Salah terus bertahan dan mencipta panggungnya sendiri.
Kolaborasi Afrika
Malam itu, di tengah gegap gempita Stadion Anfield, Mohamed Salah unjuk kedigdayaan dengan assist dan gol yang sema-sama berkelas. Selain mengkreasi proses gol yang hebat itu, dia mengirim umpan luar biasa, menegaskan bukan sebagai penyerang yang pernah dituding egois.
Kali ini, yang dia layani justru adalah Sadio Mane. Tandem asal Senegal itu beberapa kali ngambek karena merasa Salah tidak mau berbagi gol pada saat punya kesempatan mengumpan. Momen pelukan dua pemain asal Afrika itu menjadi “antitesis” yang mementahkan tudingan Salah dan Mane memendam masalah.
Dan, sebenarnya tak sekali dua Salah melayani rekannya untuk membuat gol. Di awal musim ini saja, selain sembilan gol yang dibukukan di semua ajang, dia telah mengkreasi tiga assist. Yang istimewa, Salah tetap seproduktif musim demi musim sejak 2017 dalam konsistensi yang terjaga.
Aksi-aksi seperti yang mengundang decak kagum James Carragher juga sering dia peragakan. Hanya, gol yang membobol gawang Ederson memang istimewa. Dia meliuk-liuk dan mengeksekusi bola dengan gerakan tak terhentikan. Aksi hebat itu dia torehkan justru ketika Liga Primer diramaikan oleh kehadiran kembali Cristiano Ronaldo, dan Ligue 1 dihebohkan oleh hijrah Lionel Messi.
Di tengah dinamika itu, justru Mo Salah yang menciptakan momen tak terlupakan.
Konsistensi itulah yang membuat pelatih Juergen Klopp selalu memercayainya; tak terpengaruh terhadap semua opini yang sempat meragukan Mo Salah. Bahkan Jamie Carragher juga pernah mengkritik Salah sebagai striker yang egois dan hanya bernafsu mengisi pundi-pundi golnya. Sedangkan Michael Owen, legenda Liverpool lainnya, juga sempat mengkritisi permintaan kenaikan gaji Mo Salah dalam negosiasi perpanjangan kontrak.
Mohamed Salah betul-betul telah masuk dalam kultur The Reds. Pemain yang pernah memperkuat Basel, Chelsea, Fiorentina, dan AS Roma itu sangat cepat beradaptasi dalam skema gegenpressing Juergen Klopp. Dia juga tak butuh waktu lama masuk dalam jajaran legenda Liverpool. Bahkan dengan masa-masa puncak performanya, dia adalah legenda hidup.
“Sang Raja Mesir” itu tercatat sebagai “manusia rekor” bersama Liverpool. Dialah pemain yang selalu mencetak gol dalam laga perdana Liga Primer.
Seratus gol di liga dia genapkan saat mengalahkan Leeds United 3 – 0 pada 12 September 2021. Angka itu dicapai dari jumlah pertandingan lebih sedikit dari legenda-legenda lain di Anfield Road. Di ajang Eropa, dia menjadi top scorer klub dengan 29 gol.
Rekor unik dicatat dengan menjadi pemain terbaik terbanyak di satu musim, yakni tiga kali pada 2017/ 2018.
Catatan-catatan itu makin menguatkan analisis Jamie Carragher tentang siapa sejatinya pemain terbaik saat ini.
Mo Salah akan terus menari. Dia ada karena kegembiraannya. Dia selalu dinanti lantaran rendah hati. Dia dipuja karena kelembutannya…
— Amir Machmud NS, wartawan suarabaru.id, kolumnis sepak bola, dan penulis buku.