blank

KUDUS (SUARABARU.ID) – Seorang kakek sebatang kara tinggal di sebuah gubug reyot di samping kuburan Desa Piji, Kecamatan Dawe. Ironisnya, selama 14 tahun hidup serba kekurangan, sang kakek mengaku belum pernah sekalipun mendapat bantuan dari pemerintah.

Pasran, demikian nama sang kakek yang usianya menginjak 79 tahun ini. Di KTP nya, tercantum alamat si kakek berada di Desa Piji, RT 3 RW 9, Desa Piji.

Lokasi gubug pun cukup terpencil berada di areal perkebunan tebu. Selain berada di samping pekuburan, gubug tersebut juga jauh dari pemukiman penduduk.

Kondisi gubug yang berdinding anyaman bambu tersebut juga jauh dari kata nyaman. Hanya terlihat balai bambu tempat si kakek merebahkan diri serta beberapa perkakas memasak sederhana.

Listrik untuk penerangan saat malam pun tak ada. Sebuah pelita kecil menjadi andalan si kakek untuk sekedar memberi sedikit cahaya saat hari mulai gelap.

“Sudah 14 tahun, dan sekarang sudah mau 15 tahun,”ujar si kakek saat ditemui awak media, Senin (27/9).

Dengan suara parau Pasran kemudian menuturkan bagaimana awal mulanya dia harus tinggal di gubug reyot tersebut. Pasran mengaku pergi dari rumah dan meninggalkan anak isterinya akibat sesuatu hal.

Karena tak punya tempat tinggal lagi, akhirnya Pasran mendirikan tempat berteduh dari bahan seadanya di sebuah tanah kosong samping kuburan.

“Tanah ini milik H Rumain, katanya untuk waqaf madrasah. Namun, oleh beliau saya diperbolehkan bikin gubug di sini,”ujarnya.

blank
Selain mencari kayu bakar, sehari-hari Pasran juga menyibukkan diri dengan membersihkan makam. Foto:Suarabaru.id

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Pasran bekerja dengan mengumpulkan kayu bakar dari ranting-ranting kering pepohonan yang banyak tumbuh di sekitar kuburan.

Pasran juga memelihara ayam, yang pada saat-saat tertentu bisa dijual untuk kebutuhan hidup.

“Kalau makan, biasanya saya ngliwet (masak) nasi. Biasanya juga ada orang yang memberi makanan,”ujarnya.

Selain itu, Pasran juga membersihkan makan-makam yang ada di sekitar gubugnya. Apalagi, di belakang gubug juga ada makam keramat Mbah Imam Sudirono yang dipercaya sebagai sesepuh asal usul desa

“Jadi, setiap hari saya juga membantu membersihkan makam-makam yang ada. Kadangkala ada peziarah yang baik hati dan memberi sedekah,”ujarnya.

Yang cukup memprihatinkan, Pasran mengaku selama ini belum pernah menerima bantuan apapun dari pemerintah. Pria renta ini juga menyebut tak pernah tersentuh program-program pemerintah bagi warga tak mampu baik itu BPJS Kesehatan, maupun program lain seperti bantuan sembako.

“Belum pernah ada bantuan sama sekali,”tandasnya.

Baca juga:

Kakek Sebatang Kara di Kudus Harus Bertahan Hidup di Gubug Reyot

Sementara, Sekretaris Desa Piji, Jumain mengungkapkan, selama ini pihak desa sudah berusaha membujuk Pasran untuk pulang ke rumah keluarganya.

“Pernah pemdes bersama anak-anaknya mengajak dia (Pasran) untuk pulang. Tapi mungkin pernah ada salah paham dengan keluarga, dia tetap tidak mau,”ujar Jumain.

Jumain juga mengungkapkan, kalau keluarga Pasran masuk dalam kategori keluarga penerima bantuan dari pemerintah. Hanya saja, bantuan yang ada selama ini disalurkan ke keluarga yang ada di rumah.

“Jadi diprioritaskan untuk keluarga yang ada di rumah. Apalagi pak Pasran ini juga masih bisa bekerja seperti mencari kayu, bersih-bersih makam dan lainnya,”tandasnya.

Tm-Ab