blank
Prof Dr Benny Riyanto/dok

(SUARABARU.ID) – Prof Dr HR Benny Riyanto, mantan wakil ketua umum bidang organisasi KONI Jateng, menyatakan jumlah anggaran otomatis mempengaruhi kesiapan para atlet secara keseluruhan.

Dengan anggaran yang memadai, kontingen itu bisa membeli peralatan yang lebih berkualitas sehingga menunjang ambisi setiap atletnya untuk meraih hasil terbaik.

Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang (Unnes) ini menegaskan DKI Jakarta, Jatim dan Jabar masih favorit untuk menempati posisi tiga besar pada PON XX Papua, 2 Oktober-15 Oktober 2021.

Tiga provinsi itu sangat kuat karena didukung dana olahraga yang nominalnya di atas Rp 100 miliar.

Sementara anggaran olahraga untuk Jateng masih di bawah Rp 100 miliar.

Untuk perebutan urutan keempat atau kelima, Jateng bakal bersaing dengan tuan rumah Papua.

Seperti diketahui, pada PON terakhir di Jabar 2016, Jateng di peringkat keempat dengan mengoleksi 32 medali emas.

Bandingkan dengan Jabar dengan 217 emas, sedangkan Jatim dan DKI sama-sama meraih 132 emas.

Kontingen Jateng, lanjut pemegang Dan VI Inkai ini, butuh perjuangan keras untuk kembali menembus posisi empat besar.

Menurut Prof Benny, dengan anggaran olahraga yang jumlahnya jauh di bawah DKI, Jatim dan Jabar, perlu kerja ekstra untuk masuk empat besar lagi.

‘’Kalau Jateng bisa menembus empat besar itu sangat istimewa. Namun, jika mampu berada di posisi kelima saja sudah bagus,’’ ungkap Dirjen Peraturan Perundang-Undangan Kemenkumham RI ini.

‘’Sejak dulu Jateng dikenal sebagai produsen atlet berbakat. Namun, di luar kelebihan itu, Jateng kurang memperhatikan pembinaan atlet usia muda. Harus ada keseimbangan antara pembinaan atlet berprestasi dan atlet usia dini,’’ tuturnya.

Mengenai harapannya untuk ketua umum (ketum) KONI Jateng baru yang akan dipilih Desember 2021, dia ingin ketum anyar nanti benar-benar tahu dan mampu menangani olahraga.

Dengan begitu, arah dan kebijakan ke depan bakal semakin jelas.

‘’Saya berharap yang terpilih nanti adalah orang yang tidak mencari duit di olahraga, tapi justru sebaliknya. Di samping itu, ketum baru mau mendekati para pengusaha untuk dijadikan bapak asuh para atlet,’’ ujar mantan dekan Fakultas Hukum Undip ini.

rr