SEMARANG (SUARABARU.ID)– Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) 2001 dan Wakil Ketua PBNU 2010-2015, Dr KH As’ad Said Ali mengatakan, ajaran Islam Wasathiyah memiliki landasan teologis, sosiologis, dan historis yang kuat di Indonesia.
”Nilai-nilai moderat, keadilan, kebebasan, keberagaman dalam Islam Wasathiyah mampu menciptakan Islam yang transformatif, lentur dan luwes, sehingga bisa mengambil nilai-nilai positif dari perubahan, sekaligus menjaga nilai-nilai lama dengan baik,” kata Kyai As’ad, saat menjadi pembicara ‘Ngaji Kebangsaan bersama Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Jerman’ secara daring, Sabtu (28/8/2021) lalu.
Dijelaskan juga, berangkat dari konsep Islam Wasathiyah sebagai bentuk Islam moderat dan toleran, semakin penting untuk dibumikan seiring dengan meningkatnya gerakan dari kelompok-kelompok Islam politik di berbagai negara.
BACA JUGA: Ketua Dewan Pers Dapat Penghargaan Budai Award
”Gerakan politik banyak yang menggunakan Islam sebagai ideologi gerakan. Ini untuk membangun kepemimpinan Islam maupun memperkuat pengaruh Islam, dalam pengambilan kebijakan negara. Mulai dari cara damai, penggunaan kekerasan, teror, hingga penggunaan kekuatan militer,” sebutnya.
Kondisi itu menurutnya, memunculkan respon munculnya gerakan dengan semangat membenci Islam di sejumlah negara. Atau setidaknya gerakan yang menciptakan ketakutan terhadap umat Islam atas dasar Islamophobia.
Menurut Kyai As’ad Ali, dialog antarperadaban khususnya Barat dengan Islam, harus terus dilakukan. Tidak saja untuk menciptakan pemahaman yang sama, namun juga untuk mengurangi ketegangan.
BACA JUGA: Dihadiri 6 Anggota, Paripurna Persetujuan Tukar Guling Lahan PT Dewi Citra Gagal
”Peran sejarah NU dan Muhammadiyah dalam mengembangkan Islam Wasathiyah perlu terus dilanjutkan dan diperluas. Termasuk dalam situasi di Afghanistan saat ini, dengan menularkan Islam Wasathiyah ke Afghanistan,” tegasnya.
Sementara itu, Duta Besar RI untuk Jerman, HE Arief Havas Oegroseno, dalam sambutannya menggambarkan, Islam Wasathiyah sebagai aset unik yang dimiliki oleh Indonesia.
Di tengah persoalan umat Islam yang terjadi saat ini, khususnya di kawasan Timur Tengah, Eropa, Asia Selatan dan persaingan antara Cina-Amerika, maka konsep Islam Wasathiyah menjadi semakin relevan.
BACA JUGA: Ganjar Sampaikan Apresiasi kepada Kabupaten/Kota, Grafik Covid-19 Turun
”Ini sejalan dengan prinsip politik luar negeri Indonesia, bebas aktif. Kebebasan yang bermakna independen, menjadikan Indonesia tidak terjebak dalam satu blok yang ekstrem,” ulasnya.
Sedangkan Ketua Tanfidziah PCINU Jerman, Muhammad Rodlin Billah menambahkan, saat ini di kawasan Eropa Barat sedang mencari bentuk Islam yang mampu berjalan beriringan dengan budaya lokal, dan kemudian diharapkan umat Muslim dapat melakukan integrasi dengan masyarakat Eropa.
”Disanalah kemudian nilai-nilai Islam Wasathiyah yang menjadi ciri dari masyarakat Muslim di Nusantara, sangat sesuai dan perlu untuk dikembangkan,” tuturnya.
BACA JUGA: Polisi Meringkus Kelompok Pencuri Spesialis Minimarket
Pembicara lainnya, Chairman The Lead Institute Universitas Paramadina, Dr Phil Suratno MA, memberikan penekanan pada pembumian Islam Wasathiyah.
”Masyarakat Muslim di Eropa khususnya diaspora NU, harus bisa menjadikan Islam Wasathiyah sebagai identitas dalam pergaulan internasional. Islam Wasathiyah sebagai corporate identity, typeidentity, collective identity, dan role-identity,” tukas Dr Phil.
Sebagai role identity misalnya dengan aktivitas keagamaan, sosial-budaya, interfaith-dialogue. Sedangkan sebagai corporate identity, perlu terus melakukan promosi Islam Wasathiyah dengan diplomasi, research, dan publikasi.
BACA JUGA: Lakukan Penganiayaan Saat Lulusan Sekolah, Ali Murtando dan M Ali Hakim Diamankan Polisi
Dalam perspektif publikasi, maka diseminasi gagasan Islam Wasathiyah melalui media sosial dan media online, perlu untuk diperkuat. Perkembangan media online, pandemi covid-19, dan kemenangan Taliban, telah meningkatkan potensi gerakan ekstremisme melalui media sosial dan media online.
Dalam kesempatan itu, Ketua Tanfidziah PCINU Jerman, Muhammad Rodlin Billa menjelaskan, ngaji dengan tema ‘Membumikan Islam Wasathiyah di Tengah Dinamika Politik Global’ ini, diikuti diaspora Nahdlatul Ulama di kawasan Eropa Barat secara virtual.
Riyan