Oleh : Dr. HM. Hartopo, ST, MM, MH (Bupati Kudus)
Memulai tulisan ini saya ingin menyampaikan selamat kepada para pebulutangkis kita, Greysia Polii dan Apriyani Rahayu yang telah berhasil menjadi jawara bulutangkis ganda putri olimpiade dan mempersembahkan emas satu-satunya bagi Indonesia. Juga kepada para atlet kita yang telah berjuang demi kejayaan bangsa
Apa yang mereka lakukan sungguhlah tidak mudah. Mungkin kita yang melihat hanya bisa melempar komentar tanpa memahami apa yang menjadi beban mereka. Setapak demi setapak, mereka berjuang untuk menyingkirkan segala rintangan dan menaklukkan semua tantangan. Bahkan tak jarang mereka harus membalikkan keadaaan. Ketertinggalan menjadi sebuah kemenangan. Sungguh, keberhasilan mereka menjadi berita yang membahagiakan di tengah berbagai kabar duka akibat pandemi covid-19 ini. Selamat, sekali lagi selamat.
Saya memahami perjuangan mereka. Karena di Kudus, perjuangan yang “sama” pun pernah kita lakukan. Itu terjadi pada saat dimulainya pandemi di awal tahun lalu. Setahun lebih kita berjibaku menahan laju penularan virus covid-19 sambil berupaya terus mendorong berjalannya roda perekonomian di daerah. Hal yang saya yakin hampir di banyak daerah di Indonesia mengalami hal yang sama.
Cukupkah? Ternyata belum. Ujian sebenarnya datang saat libur lebaran. Sebenarnya, banyak yang telah memberi peringatan bahwa libur lebaran berpotensi menjadi waktu rawan munculnya gelombang baru penularan virus covid 19. Pemerintah pusat pun bahkan telah mengambil kebijakan dengan memangkas cuti bersama menjadi hanya beberapa hari saja. Namun itupun ternyata belum cukup untuk membendung munculnya hantaman baru virus ini di kabupaten Kudus.
Dengan sangat cepat, kasus aktif di Kudus naik dalam tempo yang singkat. Pandemi yang perlahan sudah bisa kami kendalikan sebelumnya, tiba-tiba menjadi liar dan menebar ketakutan baru. Sebelumnya di bulan april 2021, kasus aktif hanya sekitar 50-an kasus saja dan tidak ada yang dirawat di Rumah Sakit. Namun pada 12 Juni 2021, melejit menjadi 2.342 dengan kasus harian mencapai 500 kasus. Angka kematian pun mencapai 34 perhari. BOR di semua rumah sakit hampir mencapai 100 persen.
Melonjaknya kasus tersebut ditengarai disebabkan oleh adanya tradisi saling mengunjungi dan silaturahmi saat lebaran. Di tambah pula adanya kerumunan di beberapa tempat menjelang lebaran dan abai terhadap protokol kesehatan. Belakangan, kami ketahui bahwa varian delta juga menjadi salah satu penyebab masifnya angka kasus positif di Kudus. Varian baru yang muncul pertama kali di India ini ternyata telah sampai di Kudus, entah lewat pintu masuk yang mana
Tiba-tiba saja Kudus menjadi viral. Semua mata tertuju pada kabupaten terkecil se-Jawa Tengah ini. Media massa nasionalpun datang silih berganti, berebut ingin tahu kondisi Kudus yang sebenarnya dan bagaimana ini bermula. Begitu pula dengan para tokoh maupun pejabat di tingkat pusat, yang bergantian mengajak rapat koordinasi melalui daring maupun hadir langsung di Kudus.
Kudus seolah menjadi noda hitam baru di tengah bentangan kain yang sudah mulai cerah warnanya. Semua orang khawatir bahwa apa yang terjadi di Kudus akan merambat ke daerah lain. Kudus kemudian menjadi sorotan, dan hal ini otomatis menjadi sebuah beban tersendiri bagi saya selaku Kepala Daerah. Pada beberapa kesempatan, saya merasa seolah Kudus menjadi “tersangka”, seiring maraknya kasus-kasus baru di Jawa Tengah. Bahkan, ada yang berseloroh mengatakan bahwa varian ini adalah varian Kudus.
Namun, Alhamdulillah, beban ini tidak menjadi beban yang harus saya tanggung sendiri. Bersama jajaran forkopimda dan stake holder yang lain, kami terus bergerak melakukan upaya-upaya penanganan untuk memutus rantai penularan covid-19 di Kudus. Ada enam hal penting yang kami lakukan di Kudus, yaitu :
Kunci melawan pandemi ini adalah sinergi, bergotong-royong, dan patuhnya pada protokol kesehatan.
Penyediaan isolasi terpusat kabupaten dan desa, agar yang positif tidak bercampur dengan yang negatif.
Mengaktifkan jogo tonggo dengan melibatkan relawan, pokdarwis, karang taruna, PKK. Update data setiap hari, kades ke camat, untuk diteruskan ke satgas kabupaten.
Pengetatan wilayah hingga tingkat desa/RT. Dan kebijakan PPKM MIKRO untuk terus dipantau (hajatan, warung hanya take away, wisata ditutup, lampu jalan dipadamkan, imbauan di rumah saja, dll).
Menggenjot percepatan vaksinasi dengan melibatkan pihak swasta untuk sosialisasi dan mobilisasi serta penyediaan tempat.
Penguatan 3T kami lakukan. Yaitu melakukan testing massif, tracing kontak erat, dan treatment bagi yang terkonfirmasi positif.
Syukur Alhamdulillah, upaya yang kami lakukan membuahkan hasil. Perlahan namun pasti kasus aktif mulai turun. Desa dengan status zona merah yang semula ada 84 desa pada minggu ke-2 juni 2021, di minggu ke tiga bulan Juli lalu menjadi tidak ada alias nol. Keterisian rumah sakit pun kini menjadi hanya 11% (data per 15 Agustus 2021). Kasus aktif pun tersisa hanya 66.
Keadaan menjadi berbalik arah. Tekanan yang kami rasakan, mampu kami ‘konversi’ menjadi sebuah kemenangan. Untuk sementara kamilah jawaranya. Kudus berhasil keluar dari krisis lebih awal dibanding dengan daerah lain. Status level IV PPKM pun turun menjadi level III di awal bulan Agustus ini. Tentunya ini tak lepas dari dukungan semua pihak, termasuk pemerintah pusat. Dukungan pihak swasta pun sungguh luar biasa. Untuk itu saya sangat berterimakasih kepada Gubernur Jawa Tengah, jajaran TNI dan POLRI, dan semua jajaran di pemerintah pusat hingga daerah, serta kepada pihak swasta turut berperan dalam upaya penanganan covid-19 di Kudus.
Apa yang kami lakukan pun mendapat apresiasi dari pemerintah pusat. Pada beberapa kesempatan rapat koordinasi secara virtual bersama Menko Perekonomian maupun Menko Marinvest, Kudus di sebut layak menjadi acuan penanganan covid-19 secara nasional. Bahkan, Presiden Joko Widodo memberikan arahan agar daerah lain ‘Belajar dari Kudus’. Ini tentu tidak lantas menjadikan kami merasa beda dengan daerah yang lain. Karena pada hakekatnya ini hanya sebuah kemenangan sementara.
Faktanya, hingga saat ini tidak ada yang mampu memastikan kapan pandemi ini akan berakhir. Masih ada kemungkinan munculnya varian-varian baru yang lebih menular dan lebih powerfull. Yang harus kita lakukan adalah terus menyalakan semangat, bangkit dari keterpurukan, dan tetap disiplin menjalan protokol kesehatan. Saya yakin kita semua akan menjadi jawara dan pandemi ini pun akan segera angkat koper dari hadapan kita. Amin. (*)