blank
Dua remaja kakak beradik Luluk Nur Nadiya Safira(23) dan Najwa Magdewi Syahita(20) sedang melayani pembeli di warung kontrakannya.(FOTO:SB/Sp)

KENDAL(SUARABARU.ID)– Dua remaja kakak beradik Luluk Nur Nadiya Safira(23) dan Najwa Magdewi Syahita(20) warga Desa Brangsong Kecamatan Brangsong membuka usaha kedai kopi dengan menjual minuman kopi asli Kendal.

Segmen pasar menyasar mulai dari kalangan remaja hingga orang dewasa yang selama ini menjadi penikmat kopi. Kedai kopi yang baru dibukanya satu bulan silam ini, juga menjual aneka makanan dan minuman kopi dari jenis kopi lainnya dengan harga terjangkau.

Kendati masih pandemi Covid-19, kedua remaja tersebut tetap optimis usaha kedai kopi yang dikelolanya bakal menjadi referensi bagi para penikmat kopi di Kabupaten Kendal.

Keinginan kuat untuk berwirausaha ini muncul sejak Luluk Nur Nadiya Safira masih kuliah di perguruan tinggi. Banyak ragam dan jenis wirausaha, namun pilihanya jatuh pada usaha kedai kopi.

Remaja yang baru lulus dari salah satu perguruan tinggi swasta di Semarang Jawa Tengah dengan jurusan perhotelan ini, lebih memilih membuka usaha dari pada harus bekerja dengan pihak lain.

Usai lulus, niatan kuat untuk berwirausaha ini pun direalisasikannya dengan mengajak adiknya yang juga perempuan dan masih duduk di bangku SMA.

“Namanya Kedai Kopi Yawa. Minuman kopi yang kami jual menggunakan bahan baku kopi lokal asli Kendal, yang selama ini di tanam oleh para petani kopi di wilayah Kecamatan Patean,”kata Luluk Nur Nadiya Safira, yang biasa dipanggil sehari- hari Fira, Minggu(15/08/2021).

Menurut Fira, keseriusanya berwirausaha menjual minuman kopi ini, juga mendapatkan dukungan dari ayahnya yang juga penggiat pelatihan barista dan tak lain merupakan Ketua PKBM Bina Warga Pegandon yang selama ini intens memberikan pelatihan-pelatihan bagi warga dan remaja.

Kedai Kopi Yawa, usaha yang dikelola bersama adiknya,Najwa Mahdewi Syahita ini, menempati sebuah ruko kontrakan yang berada tak jauh sebelah barat dari Pasar Tradisional Srogo, Kecamatan Brangsong.

Dengan pemberlakuan PPKM Level 3 dan adanya kelonggaran aturan bagi para pengusaha ini, membuat kedua remaja tersebut optimis bahwa perekonomian di tengah pandemi Covid-19 ini dapat kembali bangkit.

“Semoga perekonomian masyarakat bisa bangkit. Sebab PKKM Level 3 aturanya kini sudah dilonggarkan. Yang semula tak boleh makan di tempat kini sudah boleh meski dibatasi waktu,” ujar Fira.

Dengan usaha rintisan ini, meski masih pandemi Covid-19, Fira yakin kedai kopi Yawa yang dikelola dengan adiknya nantinya bisa berkembang.

Kesukaanya dengan kopi dan kebulatan tekadnya untuk bisa membuka usaha kedai kopi ini, dibarengi dengan sebelumnya mengikuti pelatihan bagaimana cara membuat atau meracik kopi ala barista yang benar.

Sedangkan Najwa Magdewi Sahita, mengatakan, ia juga tertarik dengan wirausaha membuka kedai kopi.

Kesukaan ini muncul, selain karena ayahnya sering memberikan pelatihan cara meracik atau membuat kopi yang baik, juga karena wirausaha kedai kopi ini, sekarang masih ngetren di sejumlah tempat.

” Saya juga pernah mengikuti pelatihan barista selama satu bulan lamanya. Setelah rampung mengiikuti pelatihan dan mampu meracik kopi yang baik, saya dan kakak saya memberanikan diri membuka kedai kopi ini,”kata Najwa.

Dengan dukungan ayahnya yang ahli meracik kopi, usaha kedai kopi yang dijalankanya bersaama kakaknya selama PPKM Level 3 cukup ramai dengan pembeli yang ingin menikmati sajian minuman kopi khas kendal dan minuman lainya.

“Alhamdulillah, meski baru satu bulan dibuka, tak sedikit tamu yang datang untuk membeli kopi di kedai ini. Kami juga sediakan minuman lainnya dan juga ada aneka makanannya. Banyak pilihan menu yang kami sajikan,” ujar Najwa.

Sementara itu, Maftuhin(55) ayah dari kedua remaja tersebut mengatakan, fihaknya sangat mendukung penuh apa yang menjadi keinginan kedua putrinya setelah lulus dari kuliah untuk mempunyai usaha sendiri dan tidak menggantungan pekerjaan dari pihak lain.

Tekad kedua anaknya sangat kuat untuk membuka usaha kedai kopi, dibuktikannya dengan mengikuti pelatihan barista. Karena tidak sembarangan dalam menyajikan kopi melainkan ada ilmunya sendiri.

“Selama satu bulan, kedua anaku ikut pelatihan barista. Setelah rampung baru membuka kedai kopi ini. Usaha kedai kopi ini dikelola bersama adiknya. Sebagai orangtua saya mendukung penuh apa yang menjadi keinginannya,” ucapnya. Sp