blank
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi. Foto: ist

SEMARANG (SUARABARU.ID)– Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi akhirnya buka suara soal keputusan pemerintah pusat yang memperpanjang PPKM darurat hingga tanggal 25 Juli 2021.

Dia menegaskan jika Pemerintah Kota Semarang tetap sejalan dan mendukung kebijakan yang diambil oleh Presiden Jokowi tersebut. Untuk itu ditekankannya, Kota Semarang dalam lima hari perpanjangan PPKM ke depan tetap akan dilakukan pembatasan seperti sebelumnya.

Meskipun begitu, Wali Kota Semarang yang akrab disapa Hendi itu mengungkapkan adanya kemungkinan Pemerintah Kota Semarang dapat memodifikasi aturan pembatasan pasca tanggal 25 Juli 2021.

Dengan adanya kemungkinan modifikasi aturan tersebut, Hendi pun tak menutup kemungkinan untuk Pemerintah Kota Semarang melonggarkan aturan pembatasan yang saat ini dirasa cukup ketat.

Dibuka Bila Kasus Turun

Namun Hendi menuturkan jika skema pelonggaran aturan pembatasan tersebut terbuka jika kasus covid-19 di Kota Semarang terus turun, dan lepas dari status level 4 yang ditetapkan pemerintah pusat.

Pasalnya setelah tanggal 25 Juli 2021 pemerintah pusat akan mewajibkan pemberlakukan pembatasan sesuai kriteria level masing-masing daerah, yaitu mulai dari level 1 sampai level 4.

“Kebijakan ini meskipun sulit buat semuanya, termasuk buat kita, tapi memang terpaksa dilakukan agar angka covid semakin turun. Baru setelah tanggal dua puluh lima, daerah dimungkinkan untuk melakukan modifikasi aturan sesuai level, yaitu level 1, 2, 3, dan 4. Semarang sendiri saat ini masih masuk dalam kategori level 4,” terang Hendi.

Di sisi lain walaupun saat ini Semarang masih berstatus level 4, namun Hendi menerangkan jika kondiri wilayah yang dipimpinnya tersebut sekarang sudah jauh lebih baik.

Hendi menyebut sejumlah angka statistik covid-19 di Kota Semarang yang sebelumnya melonjak telah menunjukkan penurunan, baik itu terkait angka penderita maupun angka ketersedian tempat tidur isolasi di rumah sakit.

 

“Alhamdulillah statistiknya sudah jauh lebih baik dibandingkan tanggal 3 Juli lalu. Terdapat penurunan angka penderita dari 2.349 menjadi 1.892. Angka BOR rumah sakit juga begitu, turun dari 94% menjadi 57%, bahkan untuk rumah isolasi terpusat hanya tinggal 24%. Hanya memang untuk ICU masih relatif tinggi, dari yang awalnya 96% menjadi 84%,” ungkap Hendi.

Hendi pun menceritakan dirinya juga melakukan pantauan langsung ke sejumlah rumah sakit yang ada di Kota Semarang, dan tidak ada penumpukan pasien di IGD seperti sebelumnya. Untuk rumah sakit rujukan Covid-19 di Kota Semarang sendiri saat ini hanya tinggal tiga rumah sakit yang masih penuh, yakni RS Permata Medika, RS Telogorejo dan RS Pantiwilasa.

Berbagai capaian baik ini, menurut Hendi perlu terus ditingkatkan dengan melakukan sejumlah upaya bersama. Baik dari disiplin prokes, Jogo Tonggo, Lumbung Kelurahan, dan kebijakan PPKM oleh semua pihak serta sejumlah program pemerintah seperti percepatan vaksin, penyaluran bansos dan pembagian obat bagi pasien isoman.

Percepatan vaksin, dirinci Hendi, dilakukan vaksinasi tingkat kelurahan dengan kekuatan 100 per jam sehingga target 500 orang tervaksinasi. Program ini akan mulai di Kelurahan Srondol Wetan, Srondol Kulon, Pudak Payung dan Banyumanik dan dilanjutkan di 4 kelurahan lain berdasar jumlah pasiennya di kelurahan.

Ditambahkan Hendi, BST akan dikebut dan didistribusikan maksimal minggu kedua bulan Agustus. Pihaknya saat ini sedang berkoordinasi dengan pihak PT. Pos dalam penyaluran BST agar berjalan lancar, tertib, dan tidak menimbulkan kerumunan serta klaster baru. Sebelumnya, Pemerintah Kota Semarang telah mendistribusikan juga sekitar 100 ribu paket sembako bagi warga Kota Semarang.

Hery Priyono