JAKARTA (SUARABARU.ID) – Wartawan asing yang meliput Olimpiade Tokyo keheranan karena baru mengetahui tahu apa yang mereka anggap kesempatan melaporkan keadaan di luar “gelembung” media, malah menjadi tur wisata berjaga jarak sosial tanpa boleh mengambil gambar.
Berharap bisa melaporkan suasana Tokyo di luar Olimpiade, Senin itu wartawan-wartawan luar Jepang itu malah diangkut oleh panitia penyelenggara yang seperti diburu waktu, dari satu tempat wisata kosong ke tempat wisata kosong lainnya, selama dua jam.
Wartawan asing yang umumnya dibatasi oleh aturan terkait COVID-19 untuk tidak bepergian di luar hotel dan situs-situs Olimpiade tersebut kesal oleh langkah-langkah seperti pelacakan via GPS dan larangan mewawancarai warga biasa Jepang.
Sebaliknya sejumlah wartawan Jepang terus mengintai para pengunjung mancanegara guna memastikan mereka tidak melanggar aturan karantina.
Mengingat Olimpiade segera dibuka Jumat pekan ini, penyelenggara mengatakan pembatasan adalah cara tepat dalam memerangi penyebaran epidemi di Jepang. Media luar negeri memprotes penyelenggara karena membatasi kebebasan pers, lapor kantor berita Kyodo seperti dikutip Reuters.
Selain dipaksa berulang kali memeriksa suhu tubuh, kunjungan ke situs-situs wisata dibatasi paling lama 30 menit dan harus menjaga jarak sosial. Hari itu para wartawan mengunjungi situs-situs seperti Museum Nasional Tokyo dan Taman Hama-Rikyu, sebuah vila tepi teluk yang diperuntukkan bagi kaum feodal.
“Kami hanya pergi ke museum nasional tanpa dibolehkan mengambil gambar, jadi tidak ada gunanya bagi media,” kata reporter Finlandia Heikki Valkama.
Mikai Asai dari Dewan Pariwisata Jepang mengatakan pihaknya hanya memberikan waktu senggang kepada wartawan yang terkurung untuk menjelajahi ibu kota dengan aman.
“Karena ada pembatasan, (wartawan) tidak diperbolehkan keluar mengambil gambar. Kami hanya ingin berbagi budaya Jepang, dan agar semua orang menikmatinya sebagai bagian dari keramahtamahan kami,” kata dia.
Ant/Muha