JEPARA (SUARABARU.ID) – Dalam sepekan, mulai tanggal 3 sampai 9 Juli 2021 angka positivy rate berdasarkan px-PCR di Jepara mencapai 74,66 %. Angka positivy rate adalah perbandingan antara jumlah kasus positif Covid-19 dengan jumlah sample tes yang dilakukan.
Prosentase tersebut 14 kali lebih besar dari pedoman Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang menetapkan angka positivy rate seharusnya kurang dari 5 %.
Positivy rate tersebut didapat dari pemeriksaan sample dengan mengunakan px PCR terhadap 1.930 orang dan 1.441 orang (74,66 %) dinyatakan positif terkonfirmasi Covid-19. Data hasil pemeriksanaan tersebut diumumkan oleh Satgas Covid – 19 Jepara setiap hari.
Satgas Covid-19 juga mengumumkan hasil pemeriksaan dengan px RDT- Antigen. Dari pengumuman tanggal 3-9 Juli tercatat 1.473 orang telah diperiksa dan hasilnya 399 orang (27,0 %) dinyatakan positif.
“Angka positivy rate sebesar 74,66 persen ini artinya menunjukkan Jepara adalah sebuah wilayah yang memiliki risiko besar terjadinya penularan di tengah-tengah masyarakat,” ujar seorang dokter yang enggan disebutkan identitasnya.
Gunakan Momentum PPKM Darurat
Untuk menurunkan angka positivy rate ini harusnya testing dan tracing yang diperkuat sesuai denbgan ketentuan. “Tiap hari mestinya Jepara melaksanakan testing minimal sebanyak 2.751 orang per hari, seperti instruksi Menteri Dalam Negeri. Sebab Jepara memiliki positivy rate 74 % lebih,” ujarnya.
Padahal pada tanggal 3-9 Juli lalu hanya dilakukan testing terhadap 3.403 orang dengan px PCR dan px RDT Antigen dari target yang seharusnya sebesar 19.257 orang, tambahnya.
“Jepara juga lemah di tracing. Pada kasus Jepara, harusnya pelacakan kontak erat terhadap 1 pasien terkonfirmasi dilakukan terhadap minimal 15 kontak erat. Namun nyatanya tracing ini hanya pada keluarga inti. Itupun bagi yang bergejala,” tambahnya. Apalagi kemudian jika ditemukan positif hanya disarankan untuk isman karena keterbatasan daya tampung rumah sakit.
Akibatnya, ratusan dan bahkan ribuan orang meninggal tanpa diagnosis yang jelas. “Harusnya PPKM Darurat ini dijadikan momentum untuk memperkuat 5 M, testing dan tracing serta treatment, termasuk vaksinasi. Lemahnya 5 M adalah hulu meledaknya kasus di Jepara. Bukan pada vaksinasi saja. Harusnya para pemangku kepentingan dan pengambil kebijakan mengetahui hal ini. ” tegasnya.
Hadepe – Ua – D