blank
Proyek pasar Jepang yang menelan anggaran Rp 3,2 miliar. foto:Suarabaru.id

KUDUS (SUARABARU.ID) – Pemerintah Desa Jepang, Kecamatan Mejobo menggelontorkan anggaran hingga Rp 3,2 miliar untuk membangun pasar Jepang. Pembangunan pasar desa tersebut kini tengah berlangsung dengan menggunakan sistem swakelola.

Kepala Desa Jepang, Indarto mengungkapkan, pembangunan pasar Jepang dilakukan seiring kondisi pasar yang sudah mulai tidak layak. Berdasarkan musyawarah desa disepakati pasar tersebut direhab untuk memberi kenyamanan bagi para pedagang yang berjualan di sana.

“Saat ini sudah mulai pekerjaan, dan insyaallah proses pembangunan akan selesai empat bulan mendatang,”kata Indarto, Selasa (6/7).

Indarto mengatakan, pembangunan pasar Jepang ini dilakukan dengan cara swakelola dan dilaksanakan oleh Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD). Menurutnya, sistem swakelola dilakukan lantaran dirasa lebih efisien dalam hal penggunaan anggaran.

Hal tersebut lantaran rancangan kebutuhan anggaran yang disodorkan oleh konsultan perencana, anggaran pembangunan pasar Jepang tersebut membengkak menjadi Rp 6 miliar.

“Atas dasar perhitungan efisiensi, kami memutuskan untuk melaksanakan pembangunan pasar tersebut dengan swakelola. Jadi, kami berusaha agar penggunaan anggaran bisa lebih efisien,”tandasnya.

Lebih lanjut, kata Indarto, proses pembangunan pasar Jepang ini tidak mengalami kendala berarti. Seluruh pedagang juga sudah menyepakati dan saat ini mereka bersedia relokasi secara mandiri di lapangan yang berada di belakang pasar.

Total ada sekitar 300 pedagang baik kios maupun los yang saat ini sudah direlokasi di lapangan belakang pasar. Setelah pasar jadi, mereka akan segera menempati bangunan yang baru.

Bayar Sewa dan Retribusi

Lebih lanjut, kata Indarto, berdasarkan perencanaan yang ada, total kios dan los yang akan dibangun nanti bisa mengakomodir seluruh pedagang yang ada. Setelah pasar jadi, para pedagang akan dikembalikan ke kios dan los semula.

Nantinya, mereka akan menempati kios dan los baru tanpa harus membeli. Para pedagang hanya diwajibkan membayar sewa dan retribusi dengan tarif yang ditentukan oleh Peraturan Desa.

“Sudah kami sosialisasikan dan semua pedagang sudah sepakat nanti harus membayar sewa dan retribusi sesuai ketentuan yang berlaku,”ungkapnya.

Dengan pasar baru nanti, menurut Indarto, diharapkan bisa mendongkrak pendapatan asli desa. Dari kalkulasi yang ada, pasar Jepang yang baru dibangun nanti bisa memberikan sumbangan pendapatan asli desa antara Rp 700-800 juta dalam setahun.

Tm-Ab

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini