Oleh Teguh Hindarto SSos MTh.
KEBUMEN (SUARABARU.ID)-Melalui pengumpulan data, berita, surat-surat dalam bahasa Belanda (dan bahasa lainnya) yang melaporkan situasi kondisi Kebumen sebelum kemerdekaan, sangat membantu melihat kondisi kota di masa lalu untuk merekonstruksi masa kini dan masa depan.
Kutipan berita dan surat di bawah ini ditulis periode tahun yang berbeda (dari 1868-1936-an) berisikan deskripsi geografis dan ekologi serta dinamika ekonomi kota. Dengan data-data yang dituliskan, kita bisa membandingkan apakah kondisi kita saat ini lebih baik atau lebih buruk dibandingkan di masa lalu. Jika kondisinya lebih buruk, maka perlu melakukan perbaikan dengan berbasiskan laporan di masa lalu. Jika lebih baik maka perlu semakin ditingkatkan.
Testimoni Tahun 1868
Michael Theophile Hubert Perelaer, penulis buku Baboe Dalima or The Opium Fiend (1888) menuliskan dalam salah satu bukunya yang berjudul, Twaalf Honderd Palen Door Midden Java (Seribu Dua Ratus Pal Melintasi Jawa), (Breda: Broese, 1868) dan memberikan deskripsi mengenai Kebumen sbb:
Keboemen adalah tempat yang indah (een allerliefst plaatsje), tempat Asisten dan keluarga tersayang menambah penerangan dan kehidupan. Banyak, sangat banyak yang dibawa untuk membuat saya menangkap sinar matahari yang cerah, melihat Keboemen di siang hari yang begitu indah, karena dua saudara perempuan Asisten Residen pernah tinggal di sana.
Testimoni 1901
Buku dengan judul, Gids Voor Ambtenaren in Nederlandsch Oost Indie (Panduan Bagi Pegawai Pemerintah di Hindia Belanda Timur) (Batavia: G. Kolff & Co, 1910) memberikan sejumlah keterangan mengenai kota Kebumen dalam 27 point. Dari ke-27 point tersebut pada point 7, 10, 19, 20, 21 memberikan gambaran jalan dan bangunan di Kebumen sbb:
- Hotelnya lumayan bagus. Harganya adalah:
Per hari: kamar besar untuk 1 orang seharga f 5 , kamar besar untuk 2 orang seharga f 9, kamar kecil untuk 1 orang seharga f 4.5, kamar kecil untuk 2 orang seharga f 8.
Per bulan: kamar besar 1 orang seharga f 75, kamar kecil 1 orang seharga f 60, kamar kecil 2 orang seharga f 12
- Rumah-rumahnya bagus. Di kota sewanya f 30 sampai f 40.-; Di luar kota dari f 10 hingga f 25. Semua rumah terbuat dari batu.
- Jalanan sangat bagus untuk bersepeda (Om te fietsen zijn de wegen uitstekend). Ada tukang reparasi sepeda di Tokka (mungkin maksudnya Sokka, red.), setengah jam perjalanan lamanya.
- Tidak banyak pilihan untuk berjalan-jalan, tetapi jalan setapak yang ada sangat indah. Dengan kereta api dan gerobak seseorang dapat melakukan perjalanan yang menyenangkan ke Sempor, mata air penyembuhan (kesempatan untuk bersantai), Krakal (untuk rematik).
- Idjoe (gua batu menetes – druipsteengrot ) dan Karang-Bolong (dengan pasanggrahan – met een pasanggrahan). Tiga yang pertama bisa dengan mudah ditempuh dalam satu hari, perjalanan terakhir membutuhkan setidaknya dua hari. Di pegunungan terdekat akan menemukan beberapa pasanggrahan.
Testimoni Tahun 1917
Dalam sebuah artikel berjudul Uit Oud Bagelen (Dari Bagelen Lama) yang dimuat surat kabar De Locomotief (8 Februari 1917) menjelaskan perihal pemetaan dinamika ekonomi sejumlah kabupaten di wilayah Karesidenan Bagelen di mana salah satunya Kebumen. Mengenai Kebumen, diberikan sejumlah deskripsi al.,
Orang asing terkejut ketika mengunjungi daerah-daerah ini bahwa ada aktivitas besar di antara penduduk pribumi. Lalu lintas dengan persimpangan yang sangat sibuk. Keboemen, pusat wilayah yang makmur (het centrum eener welvarende streek), terhubung dengan kota-kota tetangga melalui jalan yang bagus (goede wegen verbonden). Industri Eropa dan Pribumi, terlepas dari suasana hati yang menindas yang disebabkan oleh perang Eropa, telah berkembang pesat.
Kemajuan ini diharapkan akan meningkat di tahun-tahun mendatang, seiring dengan kemakmuran penduduk dan kebutuhan yang lebih besar akan pendidikan pertukangan. Dalam waktu singkat keberadaan sekolah pertukangan di Keboemen selalu diminati oleh penduduk.
Testimoni Tahun 1934
Adalah Oscar Charles Woldringh seorang Belanda kelahiran Semarang (15 December 1904). Dia pernah tinggal di Kebumen tahun 1933 sampai 1942 sebagai karyawan pabrik minyak Mexolie. Bersama istrinya, Nelly Rose Marchand yang kelahiran Bienne, Switzerland (10 Agustus 1906) mereka tinggal di sebuah rumah bagi para karyawan Mexolie (sekarang kantor Makodim 0709 Kebumen).
Istri Oscar (wafat 29 Desember 1986 di Zeist, Netherlands) yaitu Nelly (wafat 15 Desember 1984 di Vaglio, Switzerland) memiliki kegemaran memotret. Setiap tempat dan aktivitas di sekitar rumahnya, kantor suaminya, pasar, hotel, pantai dan lainnaya diabadikannya.
Surat-surat yang ditulis dalam bahasa Prancis kepada keluarga dan sebagian foto-fotonya ditulis oleh oleh putranya yang bernama Conrad Worlding pada sebuah website (java1933.blogspot.com) sebagai kenang-kenangan.
Ada pula sebuah deskripsi menarik mengenai suasana pusat kota Kebumen dalam surat bertanggal 25 Mei 1934 sbb:
Keboemen adalah tempat yang cantik. Anda tahu, semua jalan-jalannya dibatasi oleh pohon- pohon besar, (Keboemen est un joli en droit, tusais, toutes ses routes, ses chemins sont bordés de grands arbres) seolah olah di Biel semua jalan tampak seperti Pasquart. Kami tinggal sedikit di luar, semua rumah pabrik terletak di sekitar taman kecil yang cantik dimana ada juga lapangan tenis (le tennis court)
Kehidupan di sini luas, riang, modern (Lavie ici est large, insouciante, moderne) dan jauh lebih mudah daripada kita. Semua orang melakukan apapun yang mereka suka, tidak ada kekurangan bahasa yang buruk misalnya, tapi sungguh menakjubkan bagaimana saya belajar mengambil hal-hal ini di sisi baiknya, setidaknya tidak perlu khawatir
Testimoni Tahun 1936
Dalam sebuah artikel yang ditulis oleh H.C. Zentgraaff dengan judul, Er is een Tijd van Komen en Gaan (Ada Saat Tiba dan Berpisah) memberikan sebuah penegasan perihal kinerjanya yang membuat perbedaan signifikan saat mana memulai tugasnya sebagai bupati hingga menjelang paripurnanya tugas dengan menuliskan,“Dia membuat perbedaan antara Kedu Selatan hari ini dan periode pertama jasanya” (De Locomotief, 3 Februari 1936).
Salah satu prestasi Arung Binang VII (Maliki Soerjomihardjo) adalah perbaikan infrastruktur. Saat awal menjabat, 50% desa tidak mudah ditempuh dengan kereta kuda. Namun di masa dirinya menjabat bupati dari 208 desa, sebanyak 192 dapat ditempuh dengan lebih mudah (Teguh Hindarto, Bukan Kota Tanpa Masa Lalu: Dinamika Sosial Ekonomi Era Arung Binang VII, Yogyakarta: Deepublish 2020:30-31)
Demikianlah beberapa testimoni mengenai Kebumen di era kolonial. Baik melalui sejumlah surat-surat pribadi, ulasan artikel koran, laporan berita, roman-roman bertema sejarah dan lainnya. Saat memberikan kesannya mengenai suasana kota dan jalanan yang rindang di Kebumen.
Pembandingan ini penting diketahui untuk melihat suasana dan situasi kehidupan kota pada suatu zaman. Deskripsi mengenai kondisi jalan yang baik, kerindangan pepohonan, dinamika kehidupan ekonomi, kota modern (sekalipun istilah modern di sini harus diletakan dalam konteks zamannya), bisa menjadi acuan penataan kota di masa kini.
Para pemangku kepentingan terkait bisa menjadikan keteraturan dan keindahan kota serta perbaikan infrastruktur menjadi sebuah referensi dalam penataan kota di masa kini dan masa depan. Di ruas jalan tertentu seperti Jl. Ahmad Yani dan Jl. Pahlawan akan lebih baik jika barisan pohon tertentu menghiasi badan jalan.
Katakanlah pohon Tabebuya atau Angsana serta Bungur, bukan sekedar pepohonan yang mengeluarkan warna hijau namun mengeluarkan bunga tertentu yang surut mewarnai wajah jalanan kota hingga menyediakan oksigen sebagai paru-paru kota.
Pohon Angsana yang menggugurkan bunga dan menebarkan aroma bukan hanya mempercantk jalanan kota, melainkan menciptakan sensasi keindahan. Di kawasan Stadion Candradimuka kita dapat menemukan jenis pohon ini. Akan lebih baik lagi jika di sekitar kawasan ini lebih dirapikan sehingga menimbulkan sensasi kenyamanan saat melewati. Namun juga dapat dimanfaatkan menjadi spot berfoto untuk tujuan tertentu.
Kawasan Alun-alun Kebumen sebagai ruang publik yang kerap dimanfaatkan bukan sekadar aktivitas ekonomi, melainkan untuk sarana kesehatan oleh sejumlah masyarakat dengan melakukan jalan pagi. Keberadaan pepohonan yang menghiasai Alun-alun sangat membantu penyediaan oksigen yang memberikan kesegaran bagi pejalan kaki.
Akan lebih baik lagi jika sejumlah pohon yang ditanam di sisi barat dan timur dibuat berbaris dengan jenis tanaman tertentu dan tidak dicampur baur dengan sejumlah pohon-pohon kecil. Pohon Bungur yang bisa mengeluarkan bunga berwarna ungu, selain barisan Beringin, akan semakin mempercantik kawasan Alun-alun kota.
Tidak kalah penting adalah kedisiplinan membuang sampah dan ketersediaan tempat membuang sampah yang cukup memadai dan menarik bentuknya akan semakin memperindah kawasan Alun-alun. Diperlukan komunikasi dan sosialisasi yang intens diantara para pemangku kepentingan terkait sejumlah elemen masyarakat yang kerap menyambangi kawasan tersebut.
Jika perlu ada pengeras suara yang dipasang untuk mengingatkan masyarakat agar memanfaatkan tempat sampah sehingga menjaga kawasan tetap bersih dan nyaman.
Kiranya fragmen pemikiran melalui pelacakan dokumen historis dan sejumlah usulan penataan kawasan dapat menjadi kontribusi kecil dalam menata wajah kota Kebumen di masa kini dan masa depan.
Penulis penggiat wisata sejarah di Historical Study Trips dan peneliti di Brandilog Sosiologi Indonesia tinggal di Kebumen.