blank
Ilustrasi jabat tangan silaturahim antarea anak dan orang tua

Oleh : Aliva Rosdiana

Seringkali orang mengucapkan kata silaturahim atau silaturahmi dan menganggap keduanya memiliki kesamaan. Namun tak jarang pula justru orang dibuat bingung dengan istilah mana yang seharusnya digunakan secara tepat.

Memang banyak ayat di Alqur’an maupun hadist memerintahkan umat Muslim untuk menyambung tali silaturahim dan tali silaturahmi. Adakah perbedaan antara silaturahim dan silaturahmi?

Istilah silaturahim dan silaturahmi merupakan kata serapan dari bahasa Arab yaitu “Shillah Ar Rahim.” Shillah berarti hubungan dan  Ar Rahim berarti rahim. Silaturahim bermakna erat kaitannya dengan hubungan darah dan keluarga. Sementara silaturrahim ar rahim berarti kasih sayang. Arti kasih sayang ini sifatnya luas.

blank

Sedangkan silaturahmi berasal dari shillah (hubungan) dan rahmi. Rahmi menurut kamus Al Muhith adalah penyakit yang diambil dari rahim seorang perempuan sehingga perempuan itu tidak bisa hamil. Secara harfiah istilah silaturahmi berarti hubungan atau menghubungkan penyakit yang diambil dari rahim seorang ibu.

Keduanya secara makna yaitu silaturahim dan silaturahmi penempatannya berbeda. Ketika umat muslim melakukan kunjungan ke rumah orang tua atau kakek nenek, maka sebutannya silaturahim. Ketika umat Muslim melakukan kunjungan ke rumah teman, maka penyebutannya adalah silaturahmi.

Apa baik tidaknya meyambung dan memutus silaturahim maupun silaturahmi? Rasulullah SAW bersabda, “tidak halal bagi seorang muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga malam dimana keduanya bertemu lalu yang ini berpaling dan yang itu berpaling. Yang terbaik diantara keduanya adalah orang yang memulai mengucapkan salam” (HR. Muslim).

Allah SWT berfirman,”Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakanmu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya. Dan dari pada keduanya Allah memperkembangbiakkan banyak anak laki-laki dan perempuan. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) namaNya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu” (QS. An-Nisa: 1)

Tradisi silaturahim maupun silaturahmi saat Idul Fitri sebenarnya hanya ada di negara Indonesia. Nabi Muhammad sendiri tidak mencontohkan secara spesifik untuk saling mengunjungi di hari Raya Idul Fitri. Nabi SAW hanya menunjukkan perbedaan jalan yang dilewati ketika berangkat salat Id dan ketika pulang dari salat Id agar bertemu dengan orang yang berbeda.

Batasan silaturahim memang tidak sebatas hanya momen Idul Fitri. Menyambung persaudaraan adalah kewajiban semua umat muslim. Allah telah menjanjikan kepada hambaNya bahwa barang siapa yang menjalin silaturahim dan silaturahmi akan mendapat balasan surga.

Rasulullah SAW   dalam hadist Al Ayyub Al Anshary berkata, ketika ada seorang laki-laki bertanya, “Ya Rasulullah, beritahukan kepadaku suatu perkara yang bisa mengantarkanku ke surga!” Rasulullah menjawab, “Menyembah Allah tanpa mempersekutukanNya, mendirikan salat, mengeluarkan zakat, dan bersilaturahmi.”

Dalam hadist lain juga disebutkan bahwa Rasulullah bersabda, “tidak akan masuk surga bagi siapapun yang memutuskan silaturahim” (HR. Bukhori-Muslim).

Banyak kebaikan manfaat menjalin silaturahim ini yakni semakin mempererat hubungan persaudaraan, terjalinnya kembali persaudaraan, menyatukan umat Muslim seperti ketika Rasulullah menyatukan dan mempersaudarakan kaum Muhajir di Mekkah dan Al Anshar di Madinah.

Selain merupakan kewajiban, dengan silaturahmi, hubungan keluarga yang jauh akan terasa dekat kembali, saudara dan kawan lama berkumpul, dan bagi orang yang berseteru bisa rukun kembali.

Aliva Rosdiana, M.Pd, adalah  Dosen Unisnu Jepara