SAAT ini lagi ramai soal babi (celeng) yang ditangkap di Depok. babi itu dikabarkan sebagaijadi-jadian yang dipelihara orang yang ingin mendapatkan kekayaan. Ternyata, itu hanya kelakukan seorang ustad yang kemudian diberitakan ingin populer, dengan membuat cerita tentang “babi ngepet”.
Maka dalam beberapa hari ini viral tentang “babi ngepet Depok” di berbagai media, baik media sosial maupun media mainstream. Dan kabar terakhir, sang ustad kini sudah berurusan dengan polisi, antara lain dengan tuduhan membuat hoaks tentang babi ngepet.
Nah. tahun 2000 kedatangan tamu yang pembaca buku saya. Dia pegawai koperasi yang panik karena banyak memakai uang nasabah. Padahal uang itu menjelang akhir puasa sudah harus dibagikan kepada nasabah.
Karena puyeng, dia mendatangi sumur keramat dekat terminal kota TA tempat orang mengambil pesugihan. Syarat untuk itu, oleh juru kunci, dia disuruh menengok ke dalam sumur tua. Ketika itu dilakukan, dia menangis. Dia melihat anak lelakinya sedang kepayahan, berjuang agar tidak tenggelam dalam sumur itu.
Gagal pada ikhtiar pertama, dia mencari tempat lain yang caranya tidak harus mengorbankan anak. Dia mendatangi tempat lain, di antaranya Gunung Kawi, Rengel Bojonegoro, Jati Rogo, Gresik, Gunung Kendil, Kalikobak Sragen, Ciwaringin, dan Buntet. Hasilnya? Nihil dan hanya mengejar isu.
Setelah melakukan ritual dan sudah habis jutaan rupiah, ternyata yang dicari tidak juga ketemu. Walau secara teori mencari kekayaan lewat jalur menyimpang itu mudah. Yaitu, tinggal menemui pawang dan waktu dekat menjadi OKB (orang kaya baru).
Tiga Juta Lenyap
Tahun 1970, karena bujukan teman, ada yang mau membeli tuyul. Waktu itu harga tuyul dibanrol Rp 25.000 hingga Rp 75.000. Dia pilih tuyul yang gesit bekerja. Mahal sedikit tak masalah. Kata yang jual, tuyul murah itu, hobi tidur dan malas mencuri uang. Karena tak sesuai perawatannya, lalu dibuang.
Cara buang tuyul itu mudah. Dibuat kaget saja. Dan yang paling ampuh, kalau waktu bulan puasa, dalam kamar perisitihatannya nyalakan saja petasan!
Membaca Tanda Alam
Benarkah piara tuyul itu mudah? Tentu saja tidak! Tidak semua orang berbakat piara tuyul atau bisa dibilang jodoh-jodohan. Termasuk golongan yang “berbakat” untuk urusan itu adalah mereka yang memiliki kala menjing (jakun) kecil. Tipe yang ini tidak berbakat kaya dengan cara menyimpang. Sedangkan jakun yang menonjol (besar) lebih berbakat kaya melalui jalur pesugihan.
Tuyul lebih suka dengan majikan yang pendiam dan pelit, majikan putri yang disukai yang payudaranya besar (buat dia mimik). Tuyul itu bisa ngambek jika majikannya sedekah. Dia yang capek-capek mencari duit malah dibagi-bagi.
Pemelihara tuyul punya banyak pantangan. Di antaranya, menutup pintu, jendela harus pelan-pelan. Tak boleh ada suara keras di istu. Bahak berjalan pun musti pelan, gerak tangan (Jawa: lambeyan) juga pelan, khawatir mengenai tuyul.
Proses Pengambilan
Prosesi pengambilan tuyul dengan ritual khusus. Salah satu mantranya: Nini durga kaki durga, Surupono dolananku. Yen ora kok surupi tak tuturake, Sang Hyang Wenang, bel robel… dst. Saat membaca mantera sambil menyajikan sesaji bubur putih, kembang tujuh rupa, yuyu (ketam, kepiting sawah), dan menyan.
Majikan tuyul harus paham apa yang tidak disukai piaraannya. Tuyul tidak suka suara gaduh yang menyebabkan istirahatnya terganggu. Dia juga tidak suka kulit durian dan “tiga benda penolak” yaitu kaca cermin, rambut panjang awut-awutan, dan biji kacang hijau.
Tuyul biasa operasi pada lokasi ramai, seperti pasar, orang punya kerja. Ruang istirahat yang dia pilih yang sepi dan dia punya kebiasaan melewati satu pintu. Tuyul bawaannya seperti anak kecil, suka menangis jika terancam.
Sedangkan jenis mainan yang paling disukai adalah yuyu. Apalagi jika yuyu itu dihias warna-warni, tuyul terpesona dan lupa tugasnya. Namun, tanda-tanda itu bukan rumus pasti. Tidak semua yang punya tanda itu berarti dia memelihara tuyul. Ada juga orang yang pendiam, pelit, malas bergaul karena bawaan lahir alias gawan bayi. Tidak boleh menuduh tanpa bukti. Dosa!
Soal Celeng
Lalu soal pesugihan celeng atau babi ngepet, bagaimana? Saya pernah tanya sesepuh “dunia gaib” soal itu. Menurutnya, yang dimaksud pesugihan celeng atau babi ngepet itu hanya filosofi yang oleh awam dimaknai secara salah. Termasuk “pembodohan” melalui hiburan (film).
Karena yang dimaksud celeng, itu adalah celengan atau dalam bahasa Jawa disebut tabungan. Dengan kata lain, orang yang rajin menabung, maka dia bisa kaya. Dan yang menabung itu bukan hanya uang. Melainkan tabungan amal baik pada lingkungan dan pada sesamanya, pada Tuhan melalui ibadah ritual maupun sosial.
Pembahasan soal menabung (kebajikan) ini terlewatkan disampaikan. Dalam hadis disebutkan : “Allah memberi rahmat kepada seseorang yang berusaha dengan baik, membelanjakan (harta) secara sederhana, dan menyisihkan kelebihan untuk menjaga saat dia miskin.” (Bukhari Muslim)
Ini menekankan, menabung bukan hanya boleh, bahkan dijanjikan rahmat –Nya. Bahkan Nabi menyimpan makanan untuk kebutuhan keluarga selama satu tahun dan memerintahkan menyimpan sebagian harta untuk masa depan, karena meninggalkan ahli waris dalam keadaan kaya itu lebih baik daripada dalam kekurangan.
Masruri, praktisi dan konsultan metafisika tinggal di Sirahan, Cluwak, Pati