blank
Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Andika Perkasa (tengah), saat memperkenalkan Serda Aprilia Manganang via videotron, di Markas Besar TNI Angkatan Darat (Mabes AD), Jakarta, Selasa (9/3/2021). Aprilia Manganang diperkenalkan kembali dengan jenis kelamin laki-laki, usai melakukan ‘corrective surgery’ oleh tim dokter TNI AD. Foto: antara

BACA JUGA: KUA Pakis Aji Jepara Hadirkan WA Center, Urusan Menikah Semakin Mudah

Di Amerika Serikat, para peneliti memperkirakan ada 1 dari 200 bayi lahir dengan hipospadia, menjadikannya salah satu cacat lahir yang paling umum.

Penyebab hipospadia pada kebanyakan bayi tidak diketahui. Dalam kebanyakan kasus, hipospadia dianggap disebabkan oleh kombinasi gen dan faktor lain, seperti lingkungan ibu, atau makanan atau minuman ibu, atau obat-obatan tertentu yang dikonsumsi selama kehamilan.

Dalam beberapa tahun terakhir, peneliti CDC telah melaporkan temuan penting tentang beberapa faktor yang mempengaruhi risiko memiliki bayi laki-laki dengan hipospadia, di antaranya ibu yang berusia 35 tahun atau lebih, dan dianggap obesitas memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan hipospadia.

BACA JUGA: Musda FK KBIHU Aklamasi Pilih Nuruddin Amin Sebagai Ketua

Selain itu, perempuan yang menggunakan teknologi reproduksi untuk membantu kehamilan, memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan hipospadia.

Wanita yang mengonsumsi hormon tertentu sebelum atau selama kehamilan, juga terbukti memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan hipospadia.

Hipospadia biasanya didiagnosis selama pemeriksaan fisik setelah bayi lahir. Perawatan untuk hipospadia tergantung pada jenis cacat yang dimiliki anak laki-laki itu. Sebagian besar kasus hipospadia memerlukan pembedahan.