Oleh: Amir Machmud NS
TAK mengira, saya bisa memperoleh kesempatan menjalani vaksinasi covid-19 lebih cepat. Pekan lalu, bersama kawan-kawan pengurus PWI Provinsi Jawa Tengah, kami masih mengurusi mekanisme pendaftaran vaksinasi para wartawan anggota kami ke otoritas terkait.
Kami baru melakukan pendaftaran sesuai surat edaran Dewan Pers dan arahan PWI Pusat. Sedangkan detail teknis pelaksanaan vaksinasinya, nanti masih menunggu konfirmasi dari Dinas Kesehatan di tiap kabupaten/kota.
Minggu siang (21/2/2021) saya menerima telepon dari Plh Sekda Provinsi Jateng, Prasetyo Aribowo. Dia meminta saya bersama seorang anggota pengurus PWI, mengikuti pelaksanaan vaksinasi secara simbolis, untuk pimpinan elemen-elemen masyarakat dan pejabat provinsi.
Prasetyo menyusuli infonya dengan surat resmi pemerintah povinsi. Dari PWI Jateng, selain saya, yang mewakili adalah Wakil Ketua Bidang Kerja Sama, Ade Oesman.
Berikutnya, Anto Sudibyo dari Tim Kehumasan Gubernur dan Kabid Humas dan Protokol Setda Provinsi Jateng, Lilik Henri Ristanto juga mengingatkan saya untuk acara simbolis di Grhadika Bakti Praja itu. Dua perwakilan pimpinan tiap organisasi profesi kewartawanan dan organisasi perusahaan media, mendapat jadwal mengikuti penyuntikan secara simbolis.
Proses Lancar
Barang tentu saya merasa senang, diseling sedikit perasaan cemas, karena segera mengaitkannya dengan info-info di seputar persyaratan vaksinasi.
Senang, karena akan menjadi bagian dari sejarah sebagai wartawan pertama di provinsi ini yang disuntik vaksin CoronaVac. Selanjutnya saya berharap, vaksinasi yang lebih massal untuk kawan-kawan wartawan bisa cepat dilaksanakan, walapun tentu akan dilaksanakan secara bertahap.
Saya juga cemas, karena dari informasi yang selama ini beredar, ada persyaratan ketat bagi para penerima vaksinasi. Antara lain, usia tidak lebih dari 60 tahun. Juga tidak punya sakit bawaan (komorbit), yang memicu intensitas keterpaparan covid-19.
Nah, dalam pikiran saya, jangan-jangan karena pernah menjalani operasi ganti katup jantung pada 2015, saya termasuk salah satu yang berkategori rentan dan tidak bisa menerima vaksin?
Dalam proses verifikasi hal itu saya tanyakan. Saya ditanya tentang obat apa yang saya konsumsi. Ketika saya jelaskan bahwa setelah operasi katup mitral hanya diminta mengonsumsi satu obat, yakni Simarc-2 (obat pengencer darah) setiap hari satu kali, maka dokter bilang oke.
Dan, ternyata memang tidak sedikit peserta vaksinasi yang tampak cemas. Boleh jadi, karena memang ada sebagian orang yang trauma pada jarum suntik. Maka, kondisi itu bisa jadi mempengaruhi pada saat pengecekan tekanan darah.
Karena suasana tegang itu, banyak peserta yang tensinya mendadak meninggi. Tekanan darah saya, yang biasanya berkisar 120-130 dan bawah 80, menjadi 160-90. Begitu juga teman saya, Ade Oesman, Pemimpin Redaksi jateng.poskota.co.id yang tensinya naik menjadi 165-90. Termasuk Direktur Utama Bank Jateng Supriyatno yang tensinya menjadi 156, padahal biasanya ada di kisaran 130.
Secara keseluruhan, proses vaksinasi berlangsung dalam suasana rileks. Apalagi Gubernur Ganjar Pranowo yang beberapa saat menunggui dengan masih “berkostum” gowes, juga melontarkan celetukan-celetukan yang menggoda peserta penyuntikan. Secara khusus Ganjar juga “mengawal” para wartawan yang mewakili organisasi profesinya. Dia sempat tertawa dan melambaikan tangan, setelah tahu saya selesai disuntik.
”Dengan cara simbolis ini, mereka yang sudah menjalani penyuntikan nanti akan menyampaikan kepada masyarakat yang lain, bahwa vaksinasi itu oke-oke saja,” tutur Ganjar.
Ketika diwawancara sejumlah media, saya menyampaikan apresiasi kepada Pemprov Jateng yang memosisikan wartawan dalam prioritas penerima vaksin. Sebagai bagian dari pelayan publik dalam bidang informasi, khususnya memberikan pendidikan selama masa-masa pandemi covid-19 ini, wartawan pantas mendapat perhatian secara khusus.
”Pak Ganjar termasuk yang sangat memerhatikan dan mengapresiasi peran tersebut,” kata saya.
-Amir Machmud NS, Pemimpin Umum suarabaru.id dan Ketua PWI Provinsi Jawa Tengah-