Oleh : Imam Sukoco S.Pd. SD
Secara geografis Desa Tempur yang memiliki luas 2.416,500 ha ini berada di sebelah timur kota Jepara dan masuk wilayah Kecamatan Keling. Jarak dari Jepara sekitar 59 km. Desa ini berbatasan dengan desa Sumanding Kecamatan Kembang di sebelah barat, sebelah utara berbatasan dengan desa Damarwulan, sebelah selatan dengan desa Rahtawu, Kudus dan di sebelah timur dengan desa Medani Kabupaten Pati.
Secara topografi, Desa Tempur. dibagi dalam dua wilayah, yaitu wilayah dataran tinggi yang melingkari desa yang terdiri dari tebing gunung yang membentuk pegunungan serta wilayah daratan rendah di bagian tengah yang merupakan bagian bekas kawah.
Dari utara ke selatan desa ini berada di bawah 7 gunung yaitu gunung Tumpuk, Tremulus, Palu Ombo, Sapto Argo, Candi Angin, Gajah Mungkur dan gunung Tugel. Desa Tempur memiliki variasi ketinggian antara 850 m sampai dengan 1.700 m dari permukaan laut. Sebagian besar penduduknya bermata pencaharian petani dan merantau bekerja di luar daerah.
Dalam kondisi geografis dan topografis seperti itulah Sekolah Dasar Negeri 2 Tempur hadir dan melayani masyarakat. Sekolah ini terletak di RT 02 RW 03 dan memiliki 6 ruang kelas yang diperuntukkan untuk kelas 1 sampai dengan kelas 6. Adapun jumlah siswa dari kelas 1 sampai dengan kelas 6 terdapat 75 siswa.
Data Guru dan Tenaga Kependidikan SD N 2 Tempur terdiri dari Kepala Sekolah Supaat, S.Pd, dan 7 orang guru yaitu Sudiro, S.Pd, Sigap Yoga S.Pd, M.Pd, Imam Sukoco S.Pd. SD, Sri Rahayu S.Pd.SD, Lina Mesaroh S.Pd.SD, Ahmad Nur Rochim, S.PdI, Fu’adatul Fithroh, S.Pd, M.Pd, Haris Suroso,S.Pd, dan Agus Yulianto penjaga.
Kesulitan yang dihadapi
Dimasa pandemic Covid-19 ini yang mengharuskan dilakukan pembelajaran dengan metode PJJ, ada sejumlah kesulitan yang dihadapi oleh guru, oramng tua dan juga peserta didik. Kesulitan tersebut antara lain jaringan internet yang sangat sulit dan banyaknya peserta didik yang belum mempunyai android.
Akibatnya bantuan kuota gratis dari Kemendikbud hanya bisa diterima 20% dari jumlah peserta didik yang ada. Disamping itu banyak peserta didik yang ditinggal merantau orang tuanya atau menjadi petani yang setiap hari berada disawah.
Karena itu dengan bimbingan dan arahan kepala sekolah kesulitan-kesulitan tersebut dicoba diurai dan dicarikan dicari jalan keluar bersama. Tentu dengan melibatkan orang tua murid. Para guru juga membuat pemetaan keberadaan dan persoalan yang dihadapi peserta didik. Tujuanannya untuk mendapatkan metode yang tepat untuk menyampaikan materi pembelajaran, baik pada kelas rendah maupun kelas tinggi.
Kolaborasi guru dan orang tua
Dari pemetaan tersebut akhirnya disepakati, orang tua siswa yang dapat mengakses internet dan memiliki android dilakukan transformasi materi kepada orang tua melalui WAG kelas. Atau secara berkala mendatangkan orang tua siswa untuk dibimbing bagaimana menyampaiakan materi pembelajaran kepada anak-anaknya saat dirumah.
Disamping itu bagi orang tua siswa yang tidak dapat mengakses internet dan belum memiliki android, telah dilakukan kesepakatan untuk mendatangi rumah peserta didik atau secara berkala menghadirkan orang tua siswa untuk menyampaiakn materi- materi pembelajaran yang nantinya disampaiakan kepada anak-anaknya.
Adapun bagi kelas tinggi, transformasi ilmu yang dilakukan oleh para guru hampir sama dengan kelas rendah. Bedanya kalau kelas rendah guru dan orang tua siswa komunikasinya harus intensif dan berkelanjutan. Beda dengan kelas tinggi yang rata-rata siswanya sudah bisa membaca, menulis dan berhitung.
Maka para guru kelas tinggi juga membuat kesepakatan dengan orang tua siswa dimana ketika siswa dapat mengakses internet dan siswa tersebut memiliki android penyampaian pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan WA group kelas.
Namun bagi siswa yang tidak bisa mengakses internet karena belum memiliki android, maupun misalnya tidak ada akses internet dikarenakan mati listrik, dilaksanakan pembimbingan di sekolah atau di rumah
Sementara untuk peserta didik yang ditinggal orang tuanya merantau dan ikut kakek atau neneknya, para guru akan mendatangi rumah-rumah siswa. Tentunya dengan mengedepankan Protokol Kesehatan Covid-19.
Memang dalam kondisi sesulit apapun, para guru di SD N 2 Tempur terus mencoba untuk menjadi inspirasi bagi peserta didik untuk terus mengembangkan potensi diri dan semangatnya untuk terus bertumbuh melalui proses pembelajaran. Sebab sekolah dan guru harus selalu hadir menjaga agar api di dalam dada peserta didik tidak padam di tengah pandemi ini.
Penulis adalah guru Sekolah Dasar Negeri 2 Tempur, Kec. Keling, Kab. Jepara.