Lantai ruang tamu rumah milik Supadiyono amblas sedalam 2,5 meter dan menyebabkan barang mebel miliknya nyaris ikut amblas. Foto: istimewa.

TEMANGGUNG (SUARABARU.ID) – Diduga buis beton (gorong-gorong) air yang ada di bawah lantai rumah milik Supadiyono pecah, lantai keramik ruang tamu rumah tersebut amblas sekitar 2,5 meter dan diameter 2 meter.

Amblasnya tanah di ruang tamu rumah Supadiyono yang ada di Dusun Karang Senen RT 01 RW 05, Desa Traji, Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung, juga diakibatkan aliran air tersebut tersumbat tumpukan sampah.

“Peristiwa tersebut terjadi pada Selasa ( 16/2) sekitar pukul sekitar pukul 20.30 WIB setelah hujan cukup deras. Secara tiba-tiba muncul genangan air dari celah keramik yang mulai retak,” kata Yohanes Terawan Apriyadi, Kamis (18/2/2021).

Yohanes mengatakan, setelah mengetahui adanya air yang masuk melalui celah-celah keramik tersebut, dirinya mengungsikan seluruh anggota keluarganya. Sementara rumah tersebut hanya ditunggui dirinya bersama ayahnya (Supadiyono).

Untuk memperbaiki lantai ruang tamu rumahnya yang amblas, Supadiyono dibantu sejumlah tetangga mengganti empat buah buis beton ( gorong-gorong) yang pecah dan terdapat di bawah bangunan rumahnya. Foto: Yon

Ia menuturkan, keesokan harinya dirinya berupaya untuk memperbaiki keramik yang mengalami retak-retak akibat kejadian tersebut, Namun, tanpa diduga barang mebeler miliknya berupa lemari buf et yang ada di ruangan tersebut, ikut amblas sekitar 20 centimeter. Setelah perabot rumahnya ikut amblas, ternyata di bawah lantai tersebut ada gorong-gorong air yang pecah.

“Ketika mau mengganti buis beton tersebut, ternyata di gorong-gorong itu penuh dengan sampah seperti potongan bambu, kabel dan sampah lainnya,” ujarnya.

Supadiyono menambahkan, sebelum kejadian yang menimpa rumahnya tersebut, hujan deras melanda wilayah tersebut sejak pukul 18.00 WIB.

Mengungsi Di Pastori Gereja Menurutnya, dirinya mengetahui adanya aliran sungai yang ada di bawah rumahnya
tersebut sejak ia membangun rumah tersebut pada tahun 2004 silam.

“Sebenarnya saya sudah mengetahui adanya aliran air yang melintang di bawah rumah saya ketika hendak membeli tanah dan membangun rumah pada 2004 silam,” ujarnya.

Ia menambahkan, ketika hendak membeli tanah tersebut sebenarnya sudah meminta yang membangun rumahnya untuk memindahkan aliran air tersebut lewat belakang rumah.

Tetapi, permintaan saya tidak dilakukan oleh yang membangun rumah ini. Supadiyono yang sehari –hari bekerja di Rumah Sakit Kristen (RSK) Ngesti Waluyo Parakan ini menjelaskan, kejadian tersebut merupakan kejadian pertama sejak ia menempati rumah yang dibangun sejak 2004 silam.

“Kejadian ini merupakan peristiwa yang pertama kali sejak saya menempati rumah ini pada 2004 lalu. Meskipun, bila hujan deras sudah sering terjadi aliran air dari gorong-gorong meluap dari sisi samping rumahnya,” ujarnya.

Meskipun rumahnya mengalami kerusajan, namun ia tetap bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena semua anggota keluarga yang berjumlah enam orang tersebut masih dalam keadaan selamat.

Untuk sementara waktu, dirinya bersama istri, anak, menantu dan dua cucunya diizinkan oleh pihak Gereja Kristen Jawa ( GKJ) Traji untuk mengungsi di gedung pastori GKJ Traji yang lama.

“Secara kebetulan, kami memiliki gedung gereja dan partori lama yang tidak ditempati. Dan keluarga dari Pak Supadiyono, sementara diizinkan untuk menempati bekas pastori lama, sambil menunggu perbaikan rumahnya selesai,” kata Pendeta GKJ Traji, Pendeta Puji Sulistyanto.

Yon