SEMARANG (SUARABARU.ID) – Dr. M.M. Shinta Pratiwi, M.A., Psikolog berhasil meraih gelar doktor usai mempertahankan disertasinya dengan judul “Faktor Prediktif Psikososial Emosi Moral Remaja” pada ujian terbuka Program Studi Doktor Ilmu Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) secara on line pada Kamis (28/1).
Bertindak selaku promotor: Prof. Subandi,M.A., Ph.D dan Ko-Promotor: Dr. MG. Adiyanti, M.A., dengan penguji: Prof. Kwartarini Wahyu Yuniarti, M.Med., Sc., Ph.D, Prof. Dr. Tina Afiatin, M.Si., Dr. Arum Febriani, M.A., Dr. Endang Widyorini, M.S.
Dosen psikologi USM ini berhasil meraih IPK 3,95 dengat predikat sangat memuaskan.
Dari penelitian ini diharapkan bisa berimplikasi pada perkembangan ilmu pengetahuan khususnya psikologi perkembabngan dan memberikan manfaat bagi remaja, orang tua, guru maupun penetilit lainnya.
Shinta Pratiwi meneliti perkembangan emosi moral remaja dikarenakan masa remaja adalah masa yang dialami individu sekitar usia 11/12 sampai sekitar 21 tahun dan sering dikatakan sebagai masa yang sulit, namun demikian, remaja adalah individu yang memiliki peran yang besar dalam kemajuan bangsa ke depan.
“Penelitian ini dilakukan pada remaja dengan tujuan untuk menunjukkan bahwa remaja bukan pribadi yang tidak bisa diatur tetapi pribadi yang memiliki potensi yang luar biasa dalam dirinya” ungkap Shinta.
“Pada penelitian ini juga dikenalkan konsep emosi moral pada masyarakat karena selama ini sebagian besar orang menggunakan istilah emosi sebagai hal yang tidak baik atau merusak, namun sebenarnya emosi memiliki fungsi yang baik bagi individu seperti emosi moral” tambahnya.
Hasil dari penelitian ini mampu menjelaskan tentang peran faktor psikososial yang dapat memprediksi emosi moral remaja. Faktor psikologis dan sosial tidak dapat dipisahkan dalam menjelaskan emosi moral, oleh karena itu diperlukan integrasi faktor psikososial dalam diri remaja dalam mengembangkan emosi moral.
Orangtua dalam hal ini adalah faktor di luar diri remaja, ternyata masih memiliki peran yang lebih besar dibanding teman sebaya dalam mengembangkan emosi moral. Remaja merasa masih membutuhkan orangtua dalam mengembangkan dirinya.
Oleh karena itu, emosi moral dapat berkembang dengan dibantu oleh orangtua yaitu dengan cara memberikan contoh-contoh yang baik, orangtua sering mengajak remaja untuk berdiskusi, melatih ekrespresi emosi yang tepat, atau mengenalkan berbagai bentuk emosi yang tepat saat menghadapi peristiwa moral.
Peran orangtua dibarengi dengan kemampuan dalam mengelola dirinya, mengevaluasi apa yang terjadi, menerima kondisi dirinya, serta mampu menilai peristiwa melalui sudut pandang orang lain mampu mengembangkan emosi moral yang ada dalam dirinya.
Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi remaja, orangtua, guru, ataupun peneliti lainnya dalam kaitannya dengan emosi moral.
Saiful Hadi – USM