SEMARANG (SUARABARU.ID) – Pemprov Jateng terus memberikan perhatian penuh terhadap pondok pesantren (ponpes) yang tersebar di seluruh kabupaten/kota di Jateng, terutama dalam hal kemandirian.
Salah satu cara kongkrit yang kini dilakukan Pemprov Jateng mewujudkan hal tersebut adalah dengan memberikan pembekalan sistem pertanian terpadu kepada para santri ponpes. Hal ini dilakukan untuk mendorong kemandirian pada saat mereka lulus dan kembali ke daerah asal.
Hal tersebut disampaikan Wakil Gubernur Jateng, Taj Yasin Maimoen, saat membuka webinar Pelatihan Santri Madani (Mandiri Dalam Bertani) secara daring, Rabu (3/2/2021).
“Kita mendorong pondok pesantren untuk mendidik para santri agar mengembangkan bidang pertanian dalam arti luas, melalui sistem pertanian terpadu, dengan memanfaatkan potensi lingkungan di sekitar pondok pesantren,” katanya.
Pada pelatihan yang diikuti ratusan ponpes itu, Taj Yasin berharap pesantren mampu berdikari dan berkontribusi pada masyarakat di bidang sosial ekonomi, dengan kekuatan usaha perekonomian yang dikelola secara mandiri.
“Saya punya mimpi pondok pesantren berkontribusi nyata kepada masyarakat, tidak hanya dalam bidang agama dan pendidikan, tetapi juga di bidang sosial ekonomi. Dengan demikian, pondok pesantren berperan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pelestarian lingkungan, sesuai kearifan lokal di sekitar pesantren,” katanya.
Wakil gubernur yang biasa disapa Gus Yasin ini menambahkan, untuk pemasaran produk-produk pertanian pesantren bisa berkerja sama dengan perusahaan di bidang agrobisnis. Sebagai contoh Ever Fresh Indonesia.
Sementara itu, pemilik Ever Fresh Indonesia, Dimas, menyampaikan, pihaknya memutuskan menjadi bagian membangun market untuk menyerap produk yang dihasilkan ponpes.
“Kami menciptakan pasarnya dahulu supaya dapat menyerap produk-produk yang dihasilkan seperti pondok pesantren, UKM, lembaga pemberdayaan masyarakat. Termasuk juga para petani,” tuturnya.
Dimas berpendapat, dengan terciptanya pasar tersebut maka kebutuhan pasar bisa terprediksi sehingga risiko harga yang anjlok dapat dihindari.
“Ketika kami punya pasar jelas, kami bisa menarik hulunya. Misalnya kami punya pasar kacang panjang 1 kuintal per hari dengan ketentuan kualitas tertentu. Maka petani digerakkan menanam kacang panjang dengan memperbaiki mutu kualitasnya,” katanya.
Hery Priyono-wied