BANDUNG (SUARABARU.ID)– Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Bandung tengah mengembangkan eco enzyme. Ini adalah cairan hasil fermentasi campuran antara sampah organik dengan molase atau gula tebu bisa juga aren.
Eco enzyme memiliki beragam manfaat, di antaranya membantu memudahkan pertumbuhan tanaman (sebagai ferlitizer atau pupuk).
Tak hanya itu, eco enzyme juga mengobati tanah dan membersihkan air yang tercemar.
Kegunaan lainnya, eco enzyme bisa ditambahkan ke produk pembersih rumah tangga, seperti pencuci piring deterjen dan sebagainya.
Untuk itu juga Kepala DPU Kota Bandung, Didi Ruswandi mengajak warga Kota Bandung membuat eco enzyme.
Ia memberikan tips dan caranya melalui akun media sosial (Medsos) Instagram @dpukotabandung.
Didi menerangkan, rasio dalam perbandingan berat yaitu 1:3:10. Yaitu perbandingan 1 adalah molase dari gula merah atau gula aren.
Perbandingan 3 adalah kombinasi potongan buah dan sayuran yang tidak busuk dan tidak mengandung alkohol. Untuk perbandingan 10 yaitu air bersih.
“Pembanding dalam pembuatan eco enzyme baiknya melakukan perbandingan 1:3:10,” tutur Didi.
Untuk medianya, Didi menggunakan tong dengan kapasitas 60 liter. Dari 60 liter tersebut, tidak boleh diisi sepenuhnya, karena proses tersebut merupakan fermentasi.
“Tong hanya boleh diisi 2/3 atau 40 liter air. Masukan air 40 liter, sehingga molasenya berbanding 10 (4 liter),” jelas Didi.
Lalu masukkan campuran sayuran dan buah dengan perbandingan 3. Molase perbandingan pertama yaitu 4 liter, sehingga dikalikan perbandingan 3. Jadi 3×4 = 12, maka masukan 12 kg sayuran dan buah-buahan.
Setelah semua bahan dimasukkan, lalu diaduk merata dan dianjurkan ditutup rapat menggunakan plastik dan karet.
“Pengadukan ulang setelah hari ke-7. Kemudian ditutup lagi. Lalu pengedukan kembali hari ke-30. Jadi ada tiga kali pengadukan,” kata Didi, seperti dilansir suarabaru.id grup Siberindo.co.
Ia menganjurkan, eco enzyme tidak terkena sinar matahari. Sehingga eco enzyme bisa dipanen setelah 3 bulan. Selamat mencoba.
Claudia SB