SEMARANG (SUARABARU.ID) – Wakil Ketua Komisi C Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Semarang Suharsono mendorong percepatan normalisasi Sungai Babon yang beberapa kali meluap dan mengakibatkan banjir menggenangi rumah warga di Kelurahan Meteseh dan Kelurahan Rowosari, Kecamatan Tembalang.
Untuk diketahui, sungai Babon meluap dan mengakibatkan puluhan warga di Kelurahan Rowosari dan Kelurahan Meteseh terdampak banjir dengan ketinggian hingga mencapai 1 meter pada Minggu (17/1/2021) siang.
“Kami merasa prihatin atas kejadian ini, semoga apa yang terjadi, warga semuanya bisa bersabar, tentu Insyaallah kedepan kami sebagai wakilrakyat akan berupaya mengkomunikasikan hal ini kepada Wali Kota ataupun Dinas Pekerjaan Umum (PU),”kata Suharsono, Senin (18/1/2021) disela-sela mengunjungi lokasi melubernya air Sungai Babon di RW 3 Kelurahan Rowosari, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang.
Lebih lanjut, Suharsono mengatakan penyebab banjir pada hari Minggu itu dikarenakan sungai Babon yang tidak mampu lagi menampung debit air yang sangat besar dari hulu sungai yang terletak di Ungaran, Kabupaten Semarang.
“Setelah kami telusuri memang kejadian ini sudah beberapa kali terjadi terutama di Meteseh hampir setiap musim hujan maka terjadi banjir, karena memang disana bersebelahan dengan sungai Babon juga wilayahnya cekungan.
Oleh karenanya dalam setiap musim penghujan pasti terjadi banjir. Kemudian di Rowosari ini di RW 3 dan sekitarnya juga terjadi banjir karena luapan sungai Babon yang debit airnya besar,”papar legislator Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu.
Selain itu, Suharsono mengatakan hilir sungai Babon yang terletak di Kawasan Pucanggading tersebut ada pintu air. Namun pada kejadian banjir Ahad sore itu, pintu air baru dibuka mencapai 170 cm.
“Artinya memang dengan kisaran 170 cm itu sudah melebihi ambang batas. Seharusnya kurang dari itu pintu air di Pucanggading sudah dibuka seharusnya, sehingga tidak terjadi luapan di Meteseh dan Rowosari.
Atas kondisi tersebut, Suharsono berharap kepada Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait segera komunikasi dengan BBWS (Balai Besar Wilayah Sungai) Pemali Juana.
“Sebenarnya sudah dialokasikan anggaran 2021, namun karena ada kendala refocussing anggaran sehingga pada tahun 2021 ini belum jadi normalisasi sungai Babon,”tandasnya.
Tak hanya itu, pihaknya juga akan melakukan koordinasi dengan komisi C DPRD Kota Semarang agar memberikan rekomendasi kepada pemeirntah pusat terkait percepatan normalisasi Sungai Babon itu.
“Oleh karena itu, nanti kami akan berkoordinasi di komisi C DPRD Kota Semarang, agar menyampaikan rekomendasi supaya ada percepatan normalisasi sungai Babon oleh pemerintah pusat, karena nilainya cukup besar, sebagaimana di sungai Bringin, kemudian juga di Banjir Kanal Timur (BKT), kita berharap normalisasi Sungai Babon ini nanti segera bisa dipercepat,”jelasnya.
Suharsono juga berpesan agar Pemerintah Kota Semarang secara maksimal mengidentifikasi persoalan ini supaya kejadian serupa tidak kembali terulang.
“Kemudian langkah-langkah Pemkot semksimal mungkin melalui Dinas Pekerjaan Umum untuk mengidentifikasi persoalan ini, supaya kejadian ini bisa diantisipasi, tidak sampai meluap,”tukasnya.
Salah satu contohnya adalah pembukaan pintu air di Pucanggading yang merupakan hilir sungai Babon bisa dilakukan secara sigap saat terjadi curah hujan cukup tinggi.
“Tentu salah satu kuncinya pintu air di Pucanggading itu kontrolnya segera dilakukan pembukaan secara sigap ketika terjadi curah hujan yang besar, karena luapan air sungai Babon itu cukup besar sehingga harus segera dibuka,”jelasnya.
Menurut Suharsono, hal itu memerlukan koordinasi yang cepat antar Pemkot dan Pemprov karena menghubungkan beberapa kabupaten dan kota di Jawa Tengah.
“Yang pasti, sesegera mungkin komisi C akan melakukan koordinasi besama kawan-kawan dan akan menindaklanjuti persoalan masyarakat di Meteseh dan Rowosari,”pungkasnya.