GROBOGAN (SUARABARU.ID) – Para ibu rumah tangga di wilayah Kabupaten Grobogan mengeluhkan naiknya harga komoditi cabai dan kedelai. Semula harga cabai yang berada di kisaran Rp 10-30 ribu per kilogram naik menjadi Rp 48 -70 ribu.
Menurut Kasi Pengembangan Promosi dan Sarana perdagangan Disperindag Grobogan, Sigit Adiwibowo, kenaikan harga cabai disebabkan permintaan yang naik, namun ketersediaan barang terbatas. Meski demikian, Sigit menjelaskan keterbatasan barang ini bukan berarti adanya kelangkaan.
“Benar cabai memang mengalami kenaikan. Hal ini dikarenakan permintaan nai, barangnya terbatas. Tetapi bukan kelangkaan, sebab barangnya ada, namun harga kulakan sangat tinggi,” tambah Sigit.
Kenaikan harga cabai berlaku untuk semua jenis yang dipasarkan di wilayah Kabupaten Grobogan. Sigit menjelaskan, harga cabai merah teropong di Pasar Induk Purwodadi harganya mencapai Rp 70 ribu per kilogram sejak tanggal 4 Januari 2020. Sementara, untuk harga cabai merah keriting per kilogramnya mencapai Rp 50 ribu.
“Rawit merah harga rata-rata di pasaran Kabupaten Grobogan berada di kisaran Rp 70-80 ribu per kilogram. Sementara, untuk rawit hijau rata-rata berada di kisaran Rp 40 ribu per kilogram,” jelas Sigit, Kamis (7/1/2020).
Kedelai Naik
Tak hanya harga cabai yang mengalami kenaikan. Kedelai yang merupakan salah satu komoditi yang dihasilkan Kabupaten Grobogan ikut naik. Semula harga kacang kedelai yang dijual di pasaran berada di kisaran Rp 7.000 per kilogram. Saat ini, naik menjadi Rp 9.950 per kilogram.
Kenaikan harga kedelai ini membuat perajin tempe mengubah strategi produksinya, yaitu memperkecil ukuran tempe, sebab jika dipaksakan membuat dengan ukuran normal, berpengaruh pada harga produksi.
“Yang saya tahu dari distributor kedelai, harganya naik karena distribusi tidak lancar akibat Covid-19. Tentu saja sangat berdampak pada produksi tempe, sebab tidak seimbang dengan harga jualnya. Kalau tidak disiasati, bisa terus merugi. Daya beli masyarakat saat ini juga turun,” ujar Atik, salah satu perajin di wilayah Jetis, Kecamatan Purwodadi.
Atik mengaku, saat harga kedelai normal, ia bisa menghabiskan satu ton kedelai. Namun, semenjak harga kedelai impor naik, produksinya menjadi berkurang sekitar 8 kuintal. Hal ini juga berdampak pada pemindahan para pekerjanya ke unit lain.
Hana Eswe