blank

JEPARA (SUARABARU.ID) –Karena kondisi penyebaran Covid-19 di Jepara terus meningkat  sejak awal November lalu, sejumlah gereja di Jepara merencanakan tidak  melaksanakan perayaan Natal tahun 2020 walaupun tidak ada himbauan dari pemerintah. Apalagi Jepara kini telah kembali memasuki zona merah.

Natal tahun ini kita peringati dalam suasana keprihatinan sebab  pandemi Covid-19 terus menunjukkan peningkatan. Sehingga sebagian besar gereja-gereja di Kabupaten Jepara tidak mengadakan Perayaan Natal. Namun gereja-gereja menggunakan kesempatan ini untuk berbagi kasih kepada masyarakat yang membutuhkan,” ujar Pdt Prapto Basuki,  Koordinator Persekutuan Hamba Tuhan  Wilayah Kabupaten Jepara.

Menurut Prapto Basuki, keputusan ini harus diambil untuk membantu pemerintah memutus mata rantai penyebaran Covid-19. “Justru Natal memiliki pesan yang kuat karena gereja-gereja rela berkorban tidak mengadakan perayaan Natal demi keselamatan banyak orang,” ujar Prapto Basuki. Kalaupun ada perayaan bentuknya adalah ibadah yang sangat memperhatikan protokol kesehatan termasuk pembataasn kehadiran jemaat.

Dari informasi yang didapat Prapto Basuki menjelaskan, sejumlah gereja telah memastikan tidak akan menyelengaraan perayaan Natal tetapi merayakan dengan membagi sembako seperti yang dilakukan GITJ Tempur, GPDI Pecangaan, GKMI Mlonggo, GITJ Bucu, JKI Gethsemane Kelet, JKI Efrata Kelet, GPDI Bondo, GKSI Cepogo, GBT Bondo, GPI Bondo.

Sedangkan sejumlah gereja memilih hanya akan melaksanakan kebaktian yang terbatas seperti JKI, GKSI, GITJ Bumi Harjo dan GBI Jerukwangi.  Juga ada yang memilih     kebaktian secara online seperti yang dilakukan oleh GKMI Mlonggo dan GITJ Margokerto. Gereja yang termasuk terbesar di Jepara ini memilih untuk melakukan ibadah live streaming melalui FB Yohanes Wibowo,YouTube GITJ Margokerto,dan radio El Shaddai 107 Fm

“Untuk GITJ Margokerto, ibadah dilakukan  live streaming tanggal 25 Desember 2020  jam 9 pagi. Jemaat ikut ibadah bersama keluarga masing-masing di rumah dengan menekankan kepada keprihatinan,” ujar Ketua Majelis GITJ Margokerto Sudi Siswanto.

Petugas ibadah yang melayani digereja nantinya direncanakan memakai pakaian adat, ada Bali, Jawa, dan busana adat lainnya. “Ibadah dengan liturgi semi perayaan natal. Lebih ke refleksi peratapan dalam menghayati situasi pandemi ini dalam prosesi penyalaan  penyalaan lilin,” ujar Sudi Siswanto.

Hadepe-ua