blank
Peserta diskusi panel Konvensi Migas Intrnasional digelar Rabu-Jumat (2-4/12/2020) secara virtual. Foto : SB/Ist

JAKARTA (SUARABARU.ID) – Wakil Gubernur Jawa Timur,  Emil Dardak, mengatakan kombinasi industri dan migas yang terjadi di Jawa menghasilkan ekosistem yang luar biasa.

Menurut mantan Bupati Trenggalek, Jatim, saat ini Jawa Timur memiliki cadangan minyak 264,1 juta barel dan 5.377 miliar meter kubik untuk gas dan baru diekplorasi setengahnya.

“Provinsi Jawa Timur,  lanjut Emil, memiliki potensi yang signifikan terhadap sumber daya minyak dan gas,” beber Wagub Jatim dalam diskusi panel Konvensi Migas Internasional, Rabu-Jumat 2-4/12/2020).

Meski dimasa yang sulit tetap melakukan epklorasi melalui teknologi yang terus berkembang. Ibaratnya, pengetahuan yang terus menyebar, kegiatan migas akan berdampak positif ke sektor lain.

Pemerintah Daerah (Pemda) sendiro, bukan hanya mengejar hasil, tapi juga ekosistem, bagaimana kegiatan migas menyebabkan ekosistem tumbuh, tandas Emil Dardak.

Demikian juga dengan investasi yang masuk, kata Emil, tidak membuat berjauhan dengan masyarakat, tapi malah semakin mendekatkan kepada masyarakat karena adanya pemanfaatan sumber daya manusianya.

“Makanya kami ada akademi migas di Bojonegoro. Kami harapkan bisa membangun ekosistem teknokrasi yang baik di sana,” lanjut Emil lagi.

Lebih lanjut ia mengatakan, gas bumi yang dihasilkan banyak dimanfaatkan untuk perkembangan di kawasan industri, harus bisa dikelola dengan baik.

Jawa Timur, lanjut Emil, secara de facto merupakan ekonomi terbesar ke 2 di Indonesia, dengan jumlah penduduk terbesar kedua mencapai dengan 42 juta, 1/6 ekonomi Indonesia juga ada di Jatim, 1/3 lifting migas Indonesia ada di Cepu.

Terkait PI

blank
Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak, berbicara dalam diskusi panel Konvensi Migas Internasional Jakarta. Foto : SB/Ist.

Maka kombinasi industri dan migas, keduanya menghasilkan ekosistem yang luar biasa, kata wagub Jawa Timur ini.

Menurut Emil, ketersediaan gas bisa menjadi katalisator untuk pengembangan industri, termasuk industri petrocemical yang derivatifnya sangat dibutuhkan di pharmaceutical untuk bisa mendorong industri hulu hilir di Jawa Timur.

sementara itu terkait isu  participating interest (PI) proyek migas seperti yang tertuang dalam permen ESDM, Emil mengharapkan implementasi PI bisa di optimalkan.

“Ini harus ada sense of belonging agar bisa dioptimalkan karena ada efek investasi pada daerah setempat,” kata suami Arumi Bachsin.

PI, kata Emil, menjadi tanggung jawab Pemprov untuk dapat memberikan pembangunan yang fair pada daerah yang ada migas di wilayah Jatim.

Ditempat yang sama, Ketua Komisi VII DPR RI Sugeng Suparwoto, mengatakan PI menjadi sebuah opsi yang menarik bila daerah  memiliki dana karena kontaknya bussines to bussines, atau daerah bisa mengeluarkan bond untuk membiayai.

Menurut Sugeng, jika mengundang mitra kurang menarik, karena dalam migas ada proses yang panjang, karena untuk keluar minyak bisa mencapai 4 tahun.

Tapi dengan PI 10 persen jika tata kelola baik jadi menjadi menarik, jelas Kerua Komisi VI DPR RI.

Sugeng mencontohkan, Blok Cepu dengan PI terbagi 10 persen, 45 persen ExxonMobil, dan pertamina 45 persen. PI dibagi 4 daerah yaitu Jatim, Bojonegoro, Blora dan Jawa Tengah.

Ini Blok Cepu disebut PI gotong royong, masing-masing mempunyai tanggungjawab budget yang sama.

Jika ada revenue masuk baik dari bagi hasil maupun dari cost recovery, masuk ke ke Pertamina dan Exxon, sementara PI harus bagi dengan daerah, pungkas Sugeng Suparwoto.

Wahono-Wahyu