blank

TEGAL (SUARABARU.ID) – Wakil Walikota Tegal Muhammad Jumadi mengajak untuk bersahabat dan memanfaatkan sampah plastik. Sebab awalnya tidak ada sampah plastik, namun sebagai hasil pola kehidupan manusia sehari-hari, maka barulah tercipta sampah plastik.

Hal tersebut disampaikan Jumadi saat menjadi narasumber Webinar Yok Yok Ayok! Daur Ulang dengan topik “Apakah tempat pembuangan akhir tanpa sampah plastik di Indonesia dapat dicapai dengan adanya larangan plastik sekali pakai? Pentingnya Peran Pemerintah Daerah, Selasa (1/12).

blank
WEBINAR – Wakil Wali Kota Tegal, M Jumadi saat menjadi narasumber Webinar Yok Yok Ayok! Daur Ulang Sampah. (foto: nino moebi)

Jumadi menuturkan, setiap hari warga Kota Tegal memproduksi 250 ton sampah dan 30 persen di antaranya adalah sampah plastik, namun yang mampu dikirim ke industri daur ulang baru 10 persen, sisanya berakhir di TPA.

“Terdapat juga sebesar 214 ton total timbunan sampah TPAS, serta 16 ton volume sampah anorganik di Kota Tegal. Dari jumlah tersebut, yang saat ini mampu dikirim ke industri daur ulang baru 10% dan sisanya akan berakhir di TPA,” ujar Jumadi.

Jumadi mengungkapkan Pemkot Tegal berkomitmen terhadap pengelolaan sampah dan lingkungan hidup yang merupakan permasalahan kompleks bagi hampir seluruh daerah. Mulai dari pengelolaan sampah di 21 TPS dengan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle), pemanfaatan sampah kantong kresek untuk bahan baku sepatu dan kerajinan lainnya. Bahkan, jalan di Kompleks Balai Kota Tegal dibuat dari aspal yang dicampur dengan limbah plastik.

Menurut Wakil Wali Kota Tegal, penyelesaian masalah sampah plastik harus diselesaikan dari hulu ke hilir dan secara menyeluruh, tidak bisa hanya dari satu sisi saja, seperti pelarangan saja.

“Diperlukan sistem yang terintegrasi antar berbagai pihak dan sirkular agar permasalahan sampah terutama sampah plastik di Kota Tegal dapat diselesaikan di tingkat rumah tangga dan di TPS 3 R. Sehingga hanya sampah-sampah residu yang tidak bisa diolah saja yang akan dibuang ke TPA, bukan pelarangan penggunaan plastiknya,” imbuh Jumadi.

Sementara itu, menurut Direktur Kemasan Group Wahyudi Sulistya mengatakan larangan sampah plastik diberbagai daerah sudah digembar-gemborkan akan tetapi sampai saat ini di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) masih menumpuk sampah plastik. Adanya penumpukan sampah platik di TPA, artinya sampai dengan saat ini tidak bisa lepas dari plastik.

“Kita harus bijak agar sampah plastik dapat diolah dan bernilai ekonomis,” ungkap Ketua Umum Ikatan Pemulung Indonesia Prispolly Lengkong.

Dia menuturkan, dalam pengolahan sampah plastik harus ada pemilahan, seperti jenis-jenisnya sehingga memiliki nilai ekonomis yang tinggi.

Nino Moebi