SEMARANG (SUARABARU.ID)– Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) kini dikukuhkan negara-negara di dunia, sebagai pusat moderasi beragama. Reputasi itu menjadikan masjid ini sebagai rujukan banyak negara yang tergabung dalam komunitas Interfaith dan Intercultural Dialogue.
Bahkan koleksi Alquran raksasa yang ada di Ruang Utama Shalat, belum lama ini dipamerkan pada Pameran Kebudayaan di Eropa.
”Kita patut bangga dengan eksistensi MAJT yang masif menyosialisasikan Islam ala Indonesia yang moderat, hingga menjadikan masjid ini menjadi pusat moderasi beragama. Predikat ini agar dirawat dan dikembangkan,” kata Dr Anwaruddin Ambary, Kepala Bidang Harmonisasi Umat Beragama di Sekretariat Jenderal Kementerian Agama Pusat, saat mengunjungi MAJT, Selasa (17/11/2020).
Dr Anwaruddin datang di MAJT bersama Paulus Tasik Galle (Kasubid Kerukunan Beragama), didampingi Iqna Ul Hayati dan H Mardiyo.
Kunjungan utusan Kemenag Pusat ini diterima Sekretaris PP MAJT Drs KH Muhyiddin MAg, didampingi Wakil Sekretaris Drs H Istajib AS, Korbid Bidang Kerja Sama Nanang Nurcholis dan Korbid Humas H Isdiyanto Isman.
BACA JUGA : Jokowi Siap Divaksin Covid-19 Pertama Kali
Dialog yang berlangsung sekitar dua jam itu, menambah khazanah tentang ke-MAJT-an, sebagai pusat moderasi beragama dunia. Dari reputasi itu Dr Anwarudin menilai wajar, bila MAJT ini kian intens menjadi pusat rujukan Islam moderat, serta sarat dikunjungi para dubes, parlemen dan tokoh-tokoh dunia, karena menjadi pusat moderasi beragama tingkat dunia.
Pada tataran peradaban agama, MAJT juga diperkaya dengan museum sejarah perkembangan Islam Nusantara, di Menara Al-Husna. Museum yang ada di MAJT itu, menggambarkan kuatnya peradaban yang terbentuk antara menyatunya ajaran Islam yang dibawa Walisongo, dengan budaya lokal peninggalan nenek moyang.
”Cukup mengenali khazanah MAJT yang dibangun di area tanah seluas 10 hektar, maka masyarakat dunia sudah cukup menyaksikan keseluruhan Indonesia yang kental dengan berbagai corak kebhinekaannya. Nilai inilah yang kini menjadikan Indonesia sebagai simbol Islam moderat,” tambah Paulus Tasik Galle, yang mengunjungi MAJT kali keenam dalam program Interfaith dan Intercultural Dialogue.
Penyempurnaan Museum
Dalam kesempatan itu, Sekretaris PP MAJT Drs KH Muhyiddin MAg menegaskan, moderasi beragama ala Indonesia yang dikembangkan MAJT, sumber utamanya dari ajaran Islam yang asli yang belum terkontaminasi pengaruh politik dari luar negeri.
Moderasi itu sangat penting dilakukan MAJT, untuk menunjukkan kepada masyarakat internasional, Islam tidak identik dengan kekerasan dan diskriminasi. Sebaliknya, menjunjung tinggi persaudaraan dan kemanusiaan kepada semua umat manusia.
Sedangkan Wakil Sekretaris MAJT Drs KH Istajib AS mengusulkan ke Kemenag Pusat, agar membantu penyempurnaan Museum Sejarah Islam Nusantara yang dimiliki MAJT. Koleksinya masih perlu diperbanyak, agar semakin efektif sebagai literasi tentang sejarah Islam di Indonesia.
Korbid Kerja Sama PP MAJT Dr Nanang Nurcholis juga memandang penting keterlibatan Kemenag Pusat dan komunitas Interfaith dan Intercultural Dialogue Dunia, dalam memperkuat berbagai kerja sama dengan MAJT, pada posisinya sebagai Pusat Moderasi Beragama Dunia.
Riyan-Sol