KUDUS (SUARABARU.ID) – Kejadian menggemparkan terjadi di Desa Ngembal Kulon, Kecamatan Jati, Kamis (8/10). Seorang ayah berinisial EG (48), diduga nekat membunuh anaknya berinisial IIM (12), karena mengira tertular Covid-19. Sementara, pada akhirnya EG juga berusaha bunuh diri dengan memotong nadinya dengan pisau.
Si anak IIM akhirnya tewas sementara EG dalam kondisi kritis setelah berhasil dievakuasi oleh warga dan tim medis ke RS.
Informasi yang dihimpun menyebutkan, peristiwa tersebut bermula ketika isteri EG dan anak pertamanya pulang ke rumah pada petang hari. Betapa terkejutnya mereka saat melihat EG dan IIM sudah tergeletak di ruang tamu rumah dengan kondisi bersimbah darah.
“Posisi EG saat itu tergeletak dengan bersimbah darah dan disampingnya ada pisau. Sementara IIM dalam kondisi terlilit lehernya dengan kain sarung,”ungkap Ani, salah seorang tetangganya.
Menurut saksi, saat dirinya datang ke lokasi kejadian bersama warga lain, belum ada petugas kepolisian dan medis yang tiba ke lokasi. Hingga akhirnya, dia berinisiatif untuk menelepon petugas BPBD.
Saat dievakuasi ke RS, EG masih dalam keadaan hidup. Sementara, sang anak sudah dalam keadaan tidak bernyawa.
Surat Wasiat
Mengenai motif tindakan EG tersebut, diduga dia depresi karena mengira si anak tertular Covid-19.
Kepala Desa Ngembal Kulon, Khanafi mengungkapkan, berdasarkan keterangan Kepala Puskesmas Ngembal Kulon, yang bersangkutan memang sering datang ke Puskesmas dan meminta agar anaknya diswab karena khawatir tertular Covid-19. Si anak yang memang menderita penyakit pernafasan juga sudah menjalani swab.
“Dari keterangan Kepala Puskesmas Ngembal Kulon, yang bersangkutan (EG) sering tanya status anaknya apakah positif atau tidak. Dan si anak yang memang menderita penyakit sesak nafas, juga pernah diswab meski hasile negatif,”kata Khanafi.
Saat ini, kata Khanafi, kasus tersebut masih dalam penyelidikan aparat kepolisian.
Di tempat kejadian, juga ditemukan dua sobekan kertas yang diduga merupakan tulisan EG. Dalam kertas tersebut tertulis “maafkan kami semoga bisa berkumpul lagi” dan pada sobekan lain bertuliskan “makamkan kami dalam satu liang dengan protokol Covid-19”.
Berdasarkan penuturan para tetangga, keluarga EG sejauh ini cenderung tertutup. Si bocah IIM yang akhirnya menghembuskan nafas terakhir, saat ini baru duduk di kelas VII SMP.
Tm-Ab