Menghadapi Pandemi Covid-19 Menurut Pandangan Islam
Oleh :
Ira Alia Maerani & Muhammad Azmi Abdillah S.
Pandemi Covid-19 menjadi salah satu cobaan bagi masyarakat di Indonesia bahkan di dunia saat ini. Aktivitas yang biasanya dilakukan dahulu seperti bekerja di kantor, belajar di sekolah, berekreasi, pulang kampung, dll. kini menjadi terhambat akibat pandemi ini.
WFH (Work From Home) menjadi alternatif bagi masyarakat untuk terus beraktivitas tanpa keluar rumah. Hal ini merupakan himbauan dari pemerintah guna mengurangi terjadinya penularan Covid-19.
Dalam Islam, pandemi seperti ini bukanlah hal yang baru lagi. Di jaman Rasulullah SAW, pernah juga terjadi pandemi seperti sekarang ini. Pertanyaanya, bagaimana sikap Rasulullah dalam menghadapi masa pandemi tersebut?
Banyak sekali perbedaan pendapat di kalangan masyarakat khususnya kaum muslimin saat ini dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini. Berikut ulasan-ulasan bagaimana Islam dan Sikap Nabi Muhammad SAW dalam menghadapai sebuah pandemi.
Sikap Nabi Muhammad Menghadapi Sebuah Wabah
“Seorang mukmin yang kuat (fisik, mental, jiwa dan raga) lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada seorang mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan.” (HR. Muslim). Pada hadist tersebut, kita dapat mengetahui bahwa Rasulullah telah menyampaikan bahwa seorang mukmin harus senantiasa menjalankan hidup sehat dan menjadi orang yang kuat baik jasmani maupun rohani.
Ketika terjadi sebuah wabah pada masa itu, Rasulullah mengingatkan,”Tha’un (wabah penyakit menular) adalah suatu peringatan dari Allah SWT untuk menguji hamba-hamba-Nya dari kalangan manusia. Maka, apabila kamu mendengar wabah penyakit di suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, jangan pula kamu lari darinya.” (HR Bukhari dan Muslim dari Usamah bin Zaid).
Rasulullah juga menganjurkan untuk isolasi bagi sedang yang sedang sakit agar penyakitnya tidak menular ke orang lain. “Janganlah yang sakit dicampurbaurkan dengan yang sehat.” (HR Bukhari dan Muslim).
Anjuran Rasulullah tersebut adalah yang sekarang kita lakukan yang lebih kita kenal dengan sebutan social distancing, yaitu menjaga jarak antar sesama manusia, tidak memasuki kerumunan, dan melakukan aktivitas di dan dari rumah. La dharara wala dhirar; ‘tidak boleh berbuat madarat dan hal yang menimbulkan madarat’ (HR Ibnu Majah dan Ahmad ibn Hanbal).
Islam adalah agama yang menjunjung tinggi keselamatan sesama manusia dan social distancing adalah pilihan yang tepat bagi kita dalam mengahadapi masa pandemi ini.
Hikmah Wabah bagi Seorang Muslim
Berikut adalah beberapa hikmah sebuah pandemi penyakit bagi seorang muslim. Sebagaimana dalam hadist: “Ujian senantiasa menimpa orang beriman pada diri, anak, dan hartanya hingga ia bertemu Allah dengan tidak membawa satu dosa pun atasnya.” (HR Tirmizi).
“Sesungguhnya besarnya balasan tergantung dari besarnya ujian, dan apabila Allah cinta kepada suatu kaum Dia akan menguji mereka, barangsiapa yang ridha maka baginya keridhaan Allah, namun barangsiapa yang murka maka baginya kemurkaan Allah.”(HR Tirmizi)
“Mati karena menderita tho’un adalah syahid bagi setiap muslim.” (HR Bukhari Muslim).
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar: 10)
Peran Nilai-Nilai Pancasila
Terkait masalah ini, Pancasila ikut berperan dan menjadi dasar dan pedoman bagi masalah ini yang terjadi khususnya di negara kita yaitu Indonesia tercinta.
Sila pertama Pancasila yaitu Ketuhanan yang Maha Esa berperan besar dalam masalah ini yang dimana kita harus melaksanakan dan mematuhi tuntunan-tuntunan yang dianjurkan oleh Agama terkait masalah yang sedang kita hadapi saat ini, seperti yang telah disampaikan di atas dimana Agama Islam menganjurkan agar tetap tawakal dan sabar dalam menghadapi cobaan serta menjalankan pola hidup sehat.
Sila kedua Pancasila yaitu Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Sila kedua ini menjadi dasar bagi kita agar menjadi pribadi yang baik terhadap sesama dan mementingkan keselamatan jiwa orang lain. Seperti contoh, saat pandemi sekarang ini, kita sebaiknya lebih mementingkan keselamatan orang lain. Memang, saat pandemi ini kita tidak tahu mana orang yang sakit dan mana orang sehat. Tetapi sebagai manusia yang beradab kita lebih baik melakukan social distancing untuk menghindari terjadinya penularan sebagaimana yang dianjurkan pemerintah dalam mengahadapi masa pandemi ini. Tanpa kita sadari, kita menjadi orang yang adil terhadap sebuah suasana yaitu kita telah membiasakan diri dan menghadapi sebuah cobaan dengan sikap yang benar.
Sila ketiga Pancasila yaitu Persatuan Indonesia. Memang membiasakan diri melakukan aktivitas di tengah pandemi ini memanglah sulit. Tetapi akan berbeda ceritanya jika kita menghadapi cobaan ini dengan bersatu bersama-sama, kerjasama, dan gotong royong diantara sesama. Maka kita tidak akan sulit dalam menghadapi masa pandemi ini.
Sila keempat Pancasila yaitu Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan daam Permusyaratan/Perwakilan. Sila keempat ini menjadi dasar dan menjadi sebuah penyelesaian jika terjadi perbedaan pendapat di masyarakat sebagai contoh yaitu perbedaan pendapat mengenai sikap dalam menghadapi masa pandemi sekarang ini. Masyarakat sebaiknya bermusyawarah dalam menyelesaikan perbedaan pendapat. Selain itu, jika terjadi perbedaan pendapat sebaiknya mengikuti pendapat dan anjuran seorang pemimpin masyarakat yaitu para eksekutif negara. Termasuk mendengarkan nasihat para ulama yang ilmunya mumpuni dan bijak. Ulama adalah pewaris ilmu para nabi. Pola hidupnya sederhana dan zuhud. Tidak mengedepankan kepentingan duniawi, akan tetapi yang dinomorsatukan adalah kepentingan keselamatan ummat.
Sila kelima Pancasila yaitu Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Sila kelima ini sangat berperan di tengah masa pandemi ini. Banyak sekali permasalahan yang dihadapi oleh kalangan masyarakat. Tetapi pemerintah saat ini sedang berusaha dengan seadil-adilnya dalam menghadapi berbagai masalah di masyarakat saat ini.
Sebagai contoh, masyarakat mengalami penurunan pendapatan penghasilan, pemerintah telah menyumbangkan sembako-sembako kepada masyarakat yang membutuhkan.
Contoh lain seperti permasalahan kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan secara daring (dalam jaringan) di masa pandemi ini. Menghadapi masalah tersebut, pemerintah telah memberikan bantuan kuota bagi pelajar dan pengajar agar kegiatan belajar mengajar tetap terlaksana.
Penulis :
- Dr. Ira Alia Maerani, S.H., M.H. (Dosen Fakultas Hukum UNISSULA, Semarang)
- Muhammad Azmi Abdillah Sulaeman (Mahasiswa Prodi Teknik Informatika, Fakultas Teknik Industri (FTI) UNISSULA, Semarang)
Suarabaru.id